Senin 26 Jun 2017 18:23 WIB

Larangan Jual Alkohol Jadi Penyebab Utama 7-Eleven Tutup?

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Bilal Ramadhan
7 Eleven
Foto: images.businessweek.com
7 Eleven

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerai ritel modern 7-Eleven (Sevel) di Indonesia akan tutup. Penutupan ini karena toko yang sering dijadikan muda-mudi menghabiskan waktu untuk berkumpul mengalami kerugian besar.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai terdapat beberapa persoalan yang mendera perusahaan ini sehingga harus menutup operasioanlnya di Indonesia. Padahal di awal keberedaannya, 7-Eleven atau Sevel berhasil menarik minat para pembeli.

"Saya enggak tahu persis, konon katanya yang menyebabkan drop karena penjualan minol (minuman beralkohol) enggak boleh. Mulai dari situ mereka kehilangan salah satu kompetitive advantage di banding (ritel) yang lain," kata Hariyadi usai bersilaturahmi di kediaman Menko Perekonomian, Senin (26/6).

Larangan penjualan minuman beralkohol di gerat ritel memang telah diatur pemerintah melalui peraturan menteri perdagangan (Permendag) Nomor 6 tahun 2015 tentang Pengendalian, dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.

Di sisi lain, Hariyadi melihat ada ketidaksiapan dari manajamen PT Modern International TBK selaku pemilik Sevel dalam menghadapi perubahan pola konsumsi masyarakat. Karena dengan sistem manajemen yang baik, seharusnya Sevel bisa mengantisipasi dengan persiangan usaha serta kebijakan yang diberlakukan pemerintah.

Dengan konsep ritel yang tidak kuat akan sulit bersaing dalam dunia usaha, terlebih di Indonesia terdapat perusahaan ritel yang cukup besar dan berhasil menarik minat masyarakat berbelanja di tokonaya, seperti Indomaret dan Alfamart.

Sedangkan ritel Circel-K yang hampir mirip dengan Sevel, lebih memilih untuk berkonsentrasi berjualan di titik-titik tertentu seperti Pulau Bali, karena pangsa pasar yang dikejar adalah para turis.

"Ini menyebabkan Sevel gak bisa bertahan lebih lanjut, karena dari segi timing waktu sudah mulai bermasalah keuangan. Charoen (investor) iya, tapi akhirnya mundur," ujar Hariyadi.

?Menurut Hariyadi, kemunduran Sevel dan persaingan bisnis ritel hanya kurang antisipasi dengan perubahan yang ada, termasuk larangan penjualan alkohol. Meski demikian, dampak penutupan ini tidak terlalu besar. Berbeda jika minimarket seperti Alfamart atau Indomaret yang tutup maka permasalahannya akan besar karena pegawainya sangat banyak dan tersebar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement