REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Police Watch (IPW) mengungkapkan, berdasarkan informasi yang diperolehnya diketahui, pelaku teror di Mapolda Sumut pernah dilaporkan oleh masyarakat kepada Polsek setempat. Pelaporan tersebut dilakukan karena yang bersangkutan memasang logo ISIS di kediamannya. Sayang, laporan tersebut tak digubris aparat kepolisian.
"Informasi yang diperoleh IPW mengungkapkan, setelah pulang dari Suriah beberapa waktu lalu, pelaku teror terlihat memasang logo ISIS di rumahnya. Warga dan Polmas setempat sudah melaporkannya ke Polsek tapi tidak ada tindakan atau antisipasi yang dilakukan Polsek," kata Neta dalam pesan singkat yang diterima Republika.co.id, Selasa (26/6).
Laporan yang masuk terkait dipasangnya logo ISIS, lanjut Neta, dibiarkan oleh polisi. Polisi baru sibuk menggeledah rumah pelaku teror setelah terjadi serangan.
Rendahnya respons jajaran kepolisian terlihat juga saat kedua pelaku masuk ke lingkungan Mapolda Sumut dan melakukan serangan kepada polisi yang piket, hingga seorang polisi tewas terbunuh. Menurutnya, patut menjadi pertanyaan, kenapa kedua teroris itu bisa dengan mudah masuk ke lingkungan Polda Sumut di pagi buta.
"Apalagi disebut-sebut kedua teroris itu masuk dengan cara memanjat pagar. Kenapa tidak ada satu pun polisi yang melihatnya?" ucap Neta.
Peristiwa tersebut menjadi mengherankan karena setiap markas kepolisian, seperti polda, sejatinya selalu ada anggota polisi yang piket dan menjaga markas. Maka dari itu, patut dipertanyakan apakah petugas jaga tidak berpatroli untuk menjaga markasnya.
"Apakah di lingkungan Polda Sumut tidak ada CCTV? Apakah para polisi yang berjaga di pos penjagaan itu sedang dalam keadaan tidur, sehingga kedua teroris dengan gampang melakukan serangan dan membunuh polisi dengan sebilah pisau dapur?" ucap Neta.