REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- serangan terhadap markas kepolisian menggunakan pola dan karakter serangan khas Jamaah Anshar Daulah (JAD) yang berafiliasi ke ISIS. Sekarang polisi menjadi target kelompok teror. Penangkapan-penangkapan jadi massif. Pembunuhan terhadap jejaring teror oleh kepolisian menimbulkan luka dan dendam terhadap institusi kepolisian.
"Intinya, sekarang polisi menjadi target sasaran kelompok teror. Salah satu jihad mereka saat ini adalah melawan institusi kepolisian," kata pengamat intelejen Diyauddin kepada Republika.co.id, Selasa (27/6).
Menurutnya, dengan pola dan karakter seperti itu mestinya polisi meningkatkan kewaspadaan bahkan meningkatkan operasi penanggulangan teror. Upaya itu bisa dilakukan sengan menangkap serta membongkar jejaring teroris dalam operasi yang lebih massif lagi.
"Sekarang posisinya face to face polri dan kelompok teror. Tidak ada jalan lain kecuali perang terhadap kelompok teror mesti ditingkatkan," kata dia.
Operasi intelijen lintas institusi, menurutnya, mesti diperkuat. Saat ini sharing intelligence information juga dinilai sangat penting untuk memberikan early warning atau peringatam dini atas kemungkinan terjadinya serangan dadakan terhadap anggota polisi.
Diyauddin menambahkan kelompok teror akan menggunakan apapun yang bisa dijadikan senjata, tidak mesti nggunakan bom. Bisa menggunakan mobil untuk ditabrakkan ke target sampai menggunakan pisau. Jadi apa pun digunakan sebagai senjata.