Selasa 27 Jun 2017 16:21 WIB

Sensus: Penganut Islam di Australia Naik 160 Persen

Tarawih pertama di Masjid Gold Coast, Queensland, Australia. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Tarawih pertama di Masjid Gold Coast, Queensland, Australia. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Jumlah penganut Islam meningkat pada kurun 26 tahun terakhir di Australia. Selain itu, lebih banyak warga yang mengidentifikasi bahwa mereka tidak beragama di Australia. 

Menurut hasil Sensus 2016 yang dirilis pada Selasa (27/6), dilansir dari news.com.au, jumlah orang Australia yang mengidentifikasi sebagai Muslim tumbuh 160 persen sejak 1991. Jumlah penganut Islam mencapai 2,6 persen dari total populasi Australia, naik dibandingkan pada 2011 dengan 2,2 persen. 

Penganut Budha dan Hindu juga meningkat, masing-masing 200 persen dan 533 persen. Sebanyak 2,4 persen orang Australia mengidentifikasi sebagai penganut Budha dan 1,9 persen sebagai orang Hindu.

Sensus tersebut juga menunjukkan 29,6 persen orang Australia mengidentifikasikan dirinya tidak memiliki agama. Angka itu meningkat dibandingkan pada sensus 2011 dengan 22,6 persen.

Jumlah mereka yang 'tidak beragama' dalam sensus sekarang telah melampaui jumlah umat Katolik. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Australia jumlah orang yang mengklaim 'tidak ada agama' mengalahkan umat Katolik. 

Mereka yang mengidentifikasi sebagai Katolik turun dari 25,3 persen menjadi 22,6 persen.

Jumlah orang Kristen masih paling banyak di Australia, yaitu 51 persen dari populasi. Namun, jauh lebih sedikit dibandingkan 1966 (88 persen) dan 1991 (74 persen). 

Jumlah orang yang mengaku 'tidak beragama' ini sekaligus membantah kekhawatiran Australia menjadi 'negara Muslim'. 

Kepala statistik David Kalisch menegaskan data tersebut kredibel, kendati sempat ada masalah dalam pengumpulan informasi pada Agustus lalu ketika situs untuk melakukan sensus online itu crashed. Dia mengatakan sensus tersebut memiliki tingkat respons 95 persen, dengan 63 persen mengisi sensus secara online. 

"Data sensus memberikan gambaran Australia yang terperinci, akurat dan menarik, yang akan digunakan untuk menginformasikan keputusan kebijakan, perencanaan dan pemberian layanan yang penting bagi masyarakat kita selama tahun-tahun mendatang," kata dia. 

Profesor Sosiologi dari Universitas Monash Australia Gary Bouma mengatakan sensus ini menujukkan keberagaman Australia. Dia mengatakan sangat sedikit negara yang memiliki tiga komunitas religius substansial, selain kelompok dominan. Australia menjadi satu-satunya. 

"Kita merupakan bangsa yang multikultural di setiap bagian masyarakat. Kita sudah mengetahuinya selama ini dan semakin jelas dalam sensus ini," kata dia, dilansir dari CNN

sumber : news.com.au/cnn
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement