Rabu 28 Jun 2017 08:08 WIB

Pertemuan Jokowi-GNPF MUI Bentuk Komunikasi Politik Cerdas

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bayu Hermawan
Pertemuan Presiden Jokowi dan GNPF MUI (ilustrasi)
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Pertemuan Presiden Jokowi dan GNPF MUI (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia Arif Susanto menilai pertemuan Presiden Jokowi dengan GNPF-MUI layak diapresiasi sebagai langkah komunikasi politik yang cerdas. Terlebih, selama ini hubungan antara istana dan sebagian kelompok politik muslim dikesankan kurang harmonis.

"Pertemuan Presiden Jokowi dan GNPF-MUI layak diapresiasi sebagai langkah komunikasi politik cerdas. Selama ini hubungan antara istana dan sebagian kelompok politik Muslim dikesankan kurang harmonis," kata Arif saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (28/6).

Pertemuan semacam ini, lanjut Arif berpeluang mengubah kesan negatif tersebut, sejauh dilakukan tanpa mengorbankan kepentingan publik yang lebih besar. Pertemuan tersebut perlu diletakkan lebih daripada bertambahnya modal politik Presiden, namun juga sebagai suatu bentuk perluasan kesepahaman di antara kekuatan politik dalam masyarakat.

Arif menambahkan, pada proses selanjutnya, pihak-pihak yang terlibat dalam ketegangan politik seiring Pilkada Jakarta perlu mendorong rekonsiliasi pada tataran elite maupun massa. Semua pihak perlu memastikan, tegangan tersebut berangsur surut, bukan malah meningkat eskalasinya hingga 2019.

"Setelah massa terus diombang-ambingkan dalam tegangan politik, penurunan tegangan itu harus diikuti oleh kerja keras elite politik untuk mengupayakan perbaikan kehidupan masyarakat," ucap Arif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement