REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengonfirmasi dua granat tangan dilempar ke gedung mahkamah agung dari sebuah helikopter, Selasa petang (27/6). Dia mengatakan helikopter tersebut dipiloti seorang agen dari unit intelijen yang kemudian berhasil kabur.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan pilot yang memegang spanduk bertuliskan "Kebebasan. Pasal 350." Pasal itu merujuk pada konstitusi Venezuela yang mengizinkan warga negara mendeklarasikan dirinya memberontak atas rezim yang tidak demokratis atau melanggar HAM.
Dilansir dari The Guardian, Rabu (28/6), insiden tersebut terjadi beberapa jam setelah Maduro memperingatkan dia dan pendukungnya bersedia angkat senjata jika pemerintahannya digulingkan oleh kekuatan tak demokratis.
Media setempat mengutip saksi mata melaporkan mereka mendengar suara seperti baku tembak antara penjaga gedung pengadilan dan helikopter. Maduro menyebut aksi itu tindakan terorisme dan meminta pendukungnya mengaktifkan fase revolusi baru jika sesuatu terjdi padanya.
Maduro yang berbicara di televisi negara mengatakan granat itu tidak meledak. Pasukan khusus Venezuela sedang mencari dalang dibalik serangan.
Helikopter tersebut juga terbang di atas kementerian dalam negeri. "Saya menuntut MUD (koalisi oposisi) mengutuk serangan kudeta yang nyata ini. Ini bisa menyebabkan tragedi dengan beberapa lusin orang tewas dan terluka," ujar Maduro.