REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Walaupun Humas Polri telah menarik unggahan film Kau adalah Aku yang Lain sebagai pemenang di Festival Film Polisi 2017, sebagian umat Islam tetap menyayangkan cerita film tersebut. Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid bahkan menilai video umat Islam di Aksi 212 jauh lebih baik daripada konten film Kau adalah Aku yang Lain.
"Seharusnya jelang hari raya Idul Fitri, dan demi pesan toleransi, mungkin lebih tepat ketika justru yang menayangkan ketika aksi damai umat Islam ternyata bisa menjaga pasangan pengantin ke Gereja Katedral," kata Hidayat ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (29/6).
Bahkan, menurut dia, aparat polisi yang mengamankan arus mudik lebaran, lebih layak ditayangkan sebagai pesan harmoni antara masyarakat dengan aparat kepolisian. "Cerita itu justru lebih positif memiliki pesan toleransi dan keharmonisan," kata Hidayat.
Sayangnya, justru cerita yang menggambarkan seorang sosok mbah yang menolak tempat pengajiannya dilewati oleh sebuah ambulan. Dan ini, menurutnya justru sangat mudah disalahpahami publik, khususnya umat Islam sebagai pesan intoleransi bukan toleransi.
Hidayat menilai cara yang paling baik dilakukan polisi atas polemik film ini adalah menarik semua penayangan film tersebut. Dan mengusut tuntas siapa yang berada di balik pesan cerita di film tersebut. Bahkan, ia berharap polisi bisa menganulir kemenangan film 'Kau adalah Aku yang Lain' di Festival Film Polisi 2017 ini. Semua ini agar film yang jelas cenderung menimbulkan polemik ini tidak lagi menambah disharmoni dan memecah belah antar warga bangsa.