REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mengatakan saat ini Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tengah menghadapi pertarungan terakhir di Mosul. Keberadaan dari kelompok militan itu disebut akan berakhir, setelah menduduki salah satu kota terbesar di Irak sejak 2014.
Pasukan Inggris telah membantu pasukan Irak dengan meluncurkan serangan udara di sejumlah titik di Mosul. Setidaknya 700 sasaran hingga saat ini telah berhasil dilumpuhkan dan diperkirakan dapat lebih cepat membuat ISIS kehilangan benteng terakhir mereka di negara itu.
Sejak Oktober 2016 lalu, serangan ofensif untuk memukul mundur ISIS dari Mosul dilakukan oleh pasukan Pemerintah Irak bersama dengan Peshmerga Kurdi, dan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS). Kelompok militan itu saat ini sudah kehilangan sebagian besar wilayah kekuasaan mereka di kota tersebut.
Kelompok teroris itu saat ini dilaporkan hanya menguasai distrik-distrik di barat laut Mosul, termasuk di antaranya adalah wilayah Kota Tua yang merupakan kawasan pusat kebudayaan dan sejarah. "ISIS segera menghadapi 'permainan' terakhir mereka di Mosul dan mungkin dalam waktu demikian halnya di Raqqa, Suriah," ujar Falcon dilansir BBC, Kamis (29/6).
Dengan direbutnya kembali Mosul dari Irak, maka 'kekhalifahan' ISIS di negara itu diprediksi akan berakhir. Namun, organisasi teroris tersebut masih memiliki kekuasaan di sejumlah wilayah di Suriah, salah satunya yang terbesar adalah Raqqa. Atas kemajuan dalam memukul mundur ISIS di Mosul, langkah yang sama juga akan dilakukan di Raqqa, Suriah.
Saat ini, pasukan koalisi AS telah dikerahkan di bagian timur kota untuk menyerang kelompok itu. Meski demikian, utusan AS untuk koalisi internasional melawan ISIS, Brett McGurk mengatakan kemajuan yang cepat dalam memukul mundur ISIS di Irak dan Suriah bukanlah akhir dari segalanya. Ia menilai bahwa kekalahan kelompok itu sepenuhnya dapat dicapai melalui usaha jangka panjang.
Prediksi kemenangan pasukan koalisi dalam menghadapi ISIS di Raqqa sebelumnya disebut dapat lebih cepat. Namun, keraguan datang mengingat pengalaman pertempuran di Mosul. Pertempuran di Mosul sudah berlangsung selama tujuh bulan. PBB melaporkan hal ini telah membuat sebanyak lebih dari 8.000 warga sipil tewas maupun terluka. Jumlah tersebut didapat berdasarkan catatan dari mereka yang berhasil mendapat penanganan medis.
Meski demikian, Inggris sebagai bagian dari koalisi bersikap lebih optimistis. Pasukan negara itu mengatakan saat ini telah mencapai 69 sasaran untuk melumpukan ISIS di Raqqa. Serangan juga diluncurkan dengan menggunakan sistem cyber.
Nantinya, Inggris juga mengirimkan lebih dari 85 tentara negara mereka untuk bertugas di Afghanistan. Fallon mengatakan komitmen untuk sepenuhnya menjaga dunia dari terorisme menjadi prioritas mereka. "Kami akan berusaha agar Afghanistan menjadi tempat yang aman dari kelompok teroris transnasional, yang pada akhirnya membantu mencegah dunia dari kejahatan-kejahatan organisasi tersebut," kata Fallon.