Kamis 29 Jun 2017 19:10 WIB

Ustaz Arifin: Dihina Jangan Sedih, Dihormati Jangan Bangga

Ustadz Arifin Ilham
Foto: Dok Azzikra
Ustadz Arifin Ilham

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Seringkali manusia merasa risau jika orang lain tidak hormat kepadanya. Apalagi kalau orang lain menghinanya.

Bagaimana seharusnya sikap seorang Muslim? “Tak usah sedih jika orang lain tidak menghormati kita. Demikian juga sebaliknya, janganlah berbangga diri kalau orang lain menghormati kita,” kata  Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham dalam pesan instan yang diterima Republika.co.id.

Ia lalu menuturkan sebuah kisah. Seorang Waliyullah (Wali Allah)  dengan  pakaian kumal datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Saudagar kaya itu merasa sebal dengan  penampilan si Wali  itu dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.

Beberapa hari kemudian seorang Wali  Besar datang dengan  jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Si saudagar kaya segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan mewah untuk si Wali Besar. Lalu ia mengajak si Wali  untuk menikmati makanannya.

Si Wali menanggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di atas kursi meja makan. Ia kemudian berkata,  "Kemarin aku datang dengan pakaian usang dan Anda mengusirku. Hari ini aku datang dengan  pakaian mewah dan Anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukku,  tapi untuk jubah ini?"

Setelah berkata demikian Wali  tersebut berlalu, meninggalkan si saudagar yang kaget. Lantas Wali  itu menyimpulkan, “Kalau ternyata bukan diriku, melainkan pakaianku yang dihormati, mengapa aku mesti senang? Dan kalau ternyata bukan diriku, melainkan apa yang kupakai yang dihina, mengapa aku mesti sedih?”

Demikianlah, kata Arifin,  manusia  lebih sering menghormati yang melekat pada diri orang, seperti apa yang dipakai (pakaian dan aksesoris atau kekayaan, jabatan), bukan pribadi keberadaan  orang itu sendiri. “Maka, jika kita dihormati orang, janganlah bangga diri. Dan kalaupun jika kita tidak dihormati, jangan kecewa dan bersedih diri. Sebab,  kita tetap sebuah harga. Siapapun yang merendahkan kita saat ini, jangan sampai membuat kita runtuh, bangkitlah dan tetaplah teguh,” tutur Arifin.

Ia mengutip perkataan Imam Al-Ghazali,  “Jangan resah andai ada yang membencimu, karena  masih ramai yang mencintaimu di dunia. Tetapi resah dan takutlah andai Allah membencimu, karena  tiada lagi yang mencintaimu di akhirat.”

Ia juga mengutip perkataan Imam Hassan Al-Basri Rohimahullahu Taala,  "Tahukah kalian apa itu tawadhu? Tawadhu itu adalah engkau keluar dari kediamanmu, lantas engkau bertemu seorang Muslim. Kemudian engkau merasa dia lebih mulia dari kamu."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement