REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Seringkali manusia merasa risau jika orang lain tidak hormat kepadanya. Apalagi kalau orang lain menghinanya.
Bagaimana seharusnya sikap seorang Muslim? “Tak usah sedih jika orang lain tidak menghormati kita. Demikian juga sebaliknya, janganlah berbangga diri kalau orang lain menghormati kita,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham dalam pesan instan yang diterima Republika.co.id.
Ia lalu menuturkan sebuah kisah. Seorang Waliyullah (Wali Allah) dengan pakaian kumal datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Saudagar kaya itu merasa sebal dengan penampilan si Wali itu dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.
Beberapa hari kemudian seorang Wali Besar datang dengan jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Si saudagar kaya segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan mewah untuk si Wali Besar. Lalu ia mengajak si Wali untuk menikmati makanannya.
Si Wali menanggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di atas kursi meja makan. Ia kemudian berkata, "Kemarin aku datang dengan pakaian usang dan Anda mengusirku. Hari ini aku datang dengan pakaian mewah dan Anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukku, tapi untuk jubah ini?"
Setelah berkata demikian Wali tersebut berlalu, meninggalkan si saudagar yang kaget. Lantas Wali itu menyimpulkan, “Kalau ternyata bukan diriku, melainkan pakaianku yang dihormati, mengapa aku mesti senang? Dan kalau ternyata bukan diriku, melainkan apa yang kupakai yang dihina, mengapa aku mesti sedih?”
Demikianlah, kata Arifin, manusia lebih sering menghormati yang melekat pada diri orang, seperti apa yang dipakai (pakaian dan aksesoris atau kekayaan, jabatan), bukan pribadi keberadaan orang itu sendiri. “Maka, jika kita dihormati orang, janganlah bangga diri. Dan kalaupun jika kita tidak dihormati, jangan kecewa dan bersedih diri. Sebab, kita tetap sebuah harga. Siapapun yang merendahkan kita saat ini, jangan sampai membuat kita runtuh, bangkitlah dan tetaplah teguh,” tutur Arifin.
Ia mengutip perkataan Imam Al-Ghazali, “Jangan resah andai ada yang membencimu, karena masih ramai yang mencintaimu di dunia. Tetapi resah dan takutlah andai Allah membencimu, karena tiada lagi yang mencintaimu di akhirat.”
Ia juga mengutip perkataan Imam Hassan Al-Basri Rohimahullahu Taala, "Tahukah kalian apa itu tawadhu? Tawadhu itu adalah engkau keluar dari kediamanmu, lantas engkau bertemu seorang Muslim. Kemudian engkau merasa dia lebih mulia dari kamu."