REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Objek wisata budaya masyarakat Badui di perdalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak dua hari terakhir dipadati pengunjung dari berbagai daerah di tanah air.
"Kami datang ke sini bersama rombongan ingin mengetahui kehidupan masyarakat Badui," kata Lutfi (20 tahun), wisatawan dari Kabupaten Tarakan, Kalimantan Barat, saat ditemui di permukiman Badui, Kamis (29/6).
Lutfi datang bersama rombongan sebanyak 20 orang itu mendatangi objek wisata budaya masyarakat Badui untuk mengisi liburan lebaran. Momentum liburan lebaran itu dimanfaatkan dengan mendatangi kehidupan masyarakat Badui secara langsung di permukiman mereka.
Sebab, selama ini Lutfi mengetahui kehidupan masyarakat Badui hanya dari informasi media. Kehidupan masyarakat Badui, yaitu menolak kehidupan modernisasi seperti di permukiman tidak diperbolehkan jalan aspal, jaringan listrik, dan penggunaan peralatan elektronika.
Selain itu, masyarakat Badui Dalam kalau berpergian harus berjalan kaki tanpa menggunakan angkutan kendaraan. "Kami sangat senang bisa bertemu masyarakat Badui yang masih mempertahankan adat leluhur mereka itu," kata Lutfi.
Handoyo (20), seorang pengunjung warga Jakarta, mengaku dia bersama teman-teman sudah dua hari menginap di permukiman masyarakat Badui. Selama dua hari itu, mereka melihat semangat dan optimisme terpancar dalam diri penduduk Badui, terutama untuk mencari penghidupan dalam mempertahankan ketahanan pangan.
"Kita harus penuh belajar kepada orang-orang Badui yang bekerja keras untuk ketahanan ekonomi keluarga juga mencintai alam," kata Handoyo.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Hayat Syahida mengatakan selama ini pariwisata budaya masyarakat Badui mejadikan ikon Kabupaten Lebak karena tidak terdapat suku asing di Pulau Jawa. Karena itu, pemerintah daerah terus membangun jalan menuju objek wisata budaya Badui dari Rangkasbitung hingga Ciboleger atau pintu gerbang masuk kawasan Badui.
Para pengunjung ke kawasan permukiman Baduy tidak dibebani retribusi oleh pemerintah daerah. "Kami memberikan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Badui dengan tidak memungut biaya," kata Hayat.
Mantan Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak yang juga pemuka tokoh masyarakat Badui Jaro Dainah mengatakan para pengunjung berasal dari berbagai daerah di wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Bandung, Jawa Barat. Kebanyakan pengunjung yang datang ke Baduy dari kalangan mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum.
Diperkirakan, selama dua hari terakhir sekitar 4.500 orang mengunjungi kawasan Badui. Pengunjung wisata datang ke sini bersama rombongan perguruan tinggi, sekolah, pramuka, peneliti dan kalangan keluarga.
"Saya yakin dengan meningkatnya pengunjung akan membantu pendapatan ekonomi Badui," kata Jaro.
Santa (45), warga Badui Luar, mengaku dia setiap hari kedatangan wisatawan yang ingin sekedar mengobrol tentang kehidupan masyarakat Badui. Para pengunjung tersebut menginap di rumah-rumah penduduk untuk mengetahui kehidupan masyarakat Badui.
"Kami sangat terbuka untuk menerima kunjungan wisatawan itu," kata Santa.