REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur mencatat angka kecelakaan di wilayahnya meningkat selama arus mudik Lebaran 2017 dibandingkan periode yang sama pada 2016.
"Arus mudik tahun ini, hingga hari kesembilan Operasi Ramadniya, tercatat sebanyak 498 kasus kecelakaan di Jawa Timur," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera kepada wartawan di Surabaya, Kamis (29/6).
Barung menyebutkan pada 2016 hingga hari kesembilan operasi, jumlah kecelakaan sebanyak 491 kasus dengan korban meninggal 57 orang, luka berat dan ringan 69 orang, serta kerugian material Rp 541,275 juta.
Dia memerinci, dari jumlah kecelakaan yang terjadi tahun ini, sebanyak 87 orang meninggal dunia, 52 korban luka berat, dan 726 luka ringan, dengan kerugian material mencapai Rp 607,6 juta.
"Jalur pantai utara tetap menduduki posisi pertama kecelakaan, seperti sepanjang jalan arteri Tuban, Pasuruan, dan Probolinggo," kata dia.
Dia memaparkan korban kecelakaan masih didominasi oleh masyarakat usia produktif, yakni 20 hingga 30 tahun. "Faktor utama kecelakaan sebanyak 98 persen disebabkan oleh `human error' atau kelalaian pengendara," ujar Barung.
Dia mencontohkan, kasus kecelakaan di Probolinggo yang menewaskan enam penumpang, berdasarkan olah Tempat Kejadian Perkara, akibat dari kelalaian pengemudinya. "Kecelakaan di Probolinggo disebabkan oleh pengemudinya yang kelelahan," kata Barung.
Untuk menekan angka kecelakaan pada arus balik, menurut Barung, Kepolisian Daerah Jawa Timur terus menyiagakan personel di 227 pos pengamanan yang tersebar di jalur pantai utara, tengah, dan selatan. "Personel tidak akan kami tarik hingga Operasi Ramadniya selesai," ujar Barung.
Barung mengimbau pengendara selalu menaati rambu-rambu lalu lintas dan mengikuti arahan petugas di lapangan. "Pengendara diharapkan memacu kendaraannya seefisien mungkin dan tetap menjaga keselamatan," kata dia.