REPUBLIKA.CO.ID, MALAWI -- Negara Malawi, Afrika mengumumkan baru saja meluncurkan sebuah drone atau pesawat kecil tak berawak. Peluncuran pesawat kecil tak berawak atau Unmanned Aerial Vehicles (UAV) itu dilakukan untuk misi kemanusiaan bersama badan anak-anak PBB, Unicef.
Dilansir situs BBC, Jumat (30/6), Unicef menyatakan bekerja secara global dengan sejumlah pemerintahan negara dan mitra sektor swasta untuk mengeksplorasi bagaimana pesawat tak berawak dapat digunakan dalam misi kemanusiaan dan pembangunan. Perwakilan Unicef Johannes Wedenig mengatakan infrastruktur yang buruk di negara tersebut membuat UAV atau sebuah drone menjadi relevan dan hemat biaya.
"Dengan UAV kita dapat dengan mudah terbang di atas area yang terkena dampak dan melihat dengan jelas apa dampaknya di lapangan. Ini lebih murah dan resolusi lebih baik daripada citra satelit," kata dia.
Unicef mengatakan, proyeknya mematuhi seperangkat prinsip inovasi dan berkomitmen untuk berbagi pengetahuan dengan komunitas drone yang masih muda. Dikatakan bahwa proyek tersebut diluncurkan setelah sebuah uji terbang yang sukses tahun lalu untuk mengirimkan darah kering untuk diagnosis HIV dini pada bayi di rumah sakit di Malawi. Drone itu juga dilengkapi kamera untuk menilai kebutuhan orang saat banjir.
Bandara Kasungu di pusat Malawi digunakan sebagai tempat uji coba drone. Drone ini juga diciptakan salah satunya untuk tujuan meningkatkan konektivitas internet.
Proyek ini akan berjalan sampai 2018. Tak hanya Malawi, pada tahun lalu, Rwanda, negara di Afrika Timur juga memanfaatkan layanan pengiriman pesawat tak berawak untuk memasok obat-obatan. Departemen Penerbangan Sipil Malawi telah memberikan izin dan spesifikasi untuk pengoperasian drone di antaranya jarak maksimum 80 kilometer (50 mil), ketinggian batas di 400 meter di atas tanah, dan proyek akan berjalan selama satu hingga dua tahun.