REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Donald Trump menyatakan, kesabaran AS dengan rezim Korea Utara telah berakhir. Pernyataan tersebut adalah tanda kefrustasian Trump karena tidak terlihatnya kemajuan dalam program pembatasan rudal nuklir dan balastik Korea Utara yang telah mengkhawatirkan pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) beberapa bulan terakhir.
"Era kesabaran strategis dengan rezim Korea Utara telah gagal, dan, terus terang, kesabaran itu sudah berakhir." kata Trump melalui laman yang dilansir Republika.co.id, Sabtu (1/7).
Pernyataan Trump langsung disambut oleh Korea Selatan yang telah menjalani perang saudara dengan Korea Utara sejak lama. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengunjungi Gedung Putih setelah Trump menyetujui serangkaian tindakan yang dirancang untuk meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara. Di samping itu, Korea Selatan juga telah mengirim sinyal ke Cina mengenai kesabaran AS yang telah menyusut.
Pada Kamis (29/6) lalu, Departemen Keuangan memberlakukan sanksi baru kepada bank dan warga Cina. Sebaliknya Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui kesepakatan dengan Taiwan sebesar satu miliar dolar amerika.
Kedua gerakan tersebut ditujukan untuk mengganggu Cina. Beijing selama ini berjanji akan menekan Korea Utara untuk mengubah perilakunya, walaupun tidak menghasilkan keberhasilan yang berarti.
Pada Jumat (30/6) kemarin, Trump memperingatkan bahwa AS sedang menghadapi ancaman rezim sembrono dan brutal di Korea Utara yang tidak memperhatikan keamanan dan keamanan rakyatnya atau tetangganya. Dia juga bersumpah bahwa AS akan terus membela kepentingan AS dan sekutu.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in memperingatkan bahwa ancaman dan provokasi dari Korea Utara akan mendapat tanggapan tegas. Moon juga mendesak rezim Korea Utara untuk segera kembali ke meja perundingan demi mencapai tujuan damai program nuklirnya.
Selain berkenaan dengan rudal dan balastik yang sedang berlangsung, kekhawatiran AS juga semakin meningkat setelah mahasiswa Amerika Otto Warmbier jatuh dalam keadaan koma saat berada di tahanan Korea Utara dan meninggal beberapa hari setelah dia kembali ke AS.
"Kediktatoran Korea Utara tidak memperhatikan keselamatan dan keamanan rakyatnya atau tetangganya dan tidak menghormati kehidupan manusia, dan itu telah terbukti berulang-ulang," kata Trump, setelah berterima kasih kepada Moon karena telah mengungkapkan belasungkawa atas Kematian Warmbier.