Sabtu 01 Jul 2017 16:54 WIB

ICW: Butuh Kekuatan Presiden untuk Ungkap Kasus Novel

Rep: Umar Muchtar/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah aktivis menggelar aksi damai Melawan Gelap mendukung petisi meminta Presiden Joko Widodo dan kepolisian menangkap pelaku penyerang Novel Baswedan di Taman Aspirasi, Jakarta, pada 18 April 2017.
Foto: antara/rosa panggabean
Sejumlah aktivis menggelar aksi damai Melawan Gelap mendukung petisi meminta Presiden Joko Widodo dan kepolisian menangkap pelaku penyerang Novel Baswedan di Taman Aspirasi, Jakarta, pada 18 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia Corruption Watch (ICW) menyatakan Presiden RI harus membentuk tim khusus yang independen untuk mengungkap kasus penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dengan air keras.

"Butuh kekuatan politik yang kuat dari presiden untuk mengungkap (kasus Novel) itu, harus dibikin juga tim independen," kata Peneliti ICW Febri Hendri kepada Republika, Jumat (30/6).

Apalagi, lanjut Febri, Novel sempat menyebut kepada media asing TIME, soal adanya keterlibatan jenderal polisi dalam kasus penyerangan Novel sehingga perlu ada tim independen yang mengungkapnya.

Dalam kasus Novel ini, menurutnya, ada hambatan-hambatan tertentu, karena yang terlibat di dalamnya punya kekuatan ataupun kewenangan yang tinggi. "Sehingga tidak bisa didobrak oleh penyidik biasa," ujar dia.

Febri juga berpendapat, pengusutan kasus Novel ini semestinya tidak sampai memakan waktu lebih dari dua bulan. Lantaran kepolisian mempunyai kemampuan untuk mendeteksi melalui intelijennya itu. Terlebih, pelaku kriminal tidak banyak, bahkan yang profesional sekalipun. "Menurut kami jadi cepatlah selesaikan kasus ini, ini sudah (memakan waktu yang) lama," tutur dia.

Febri juga menilai kasus Novel ini bukan perkara pidana biasa. Sebab Novel adalah ketua tim satuan tugas dalam beberapa perkara korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi. Novel pun banyak menangani berbagai kasus korupsi kelas kakap.

"Nah kemungkinannya, dugaannya, ini tidak dilakukan oleh pelaku lapangan sendirian, pasti ada orang di belakang dia, yang menyuruh itu. Orang di belakang dia ini yang harus dikejar juga," kata dia.

Polda Metro Jaya sebelumnya menyatakan telah mempunyai tiga sketsa wajah yang diduga sebagai pelaku penyerangan Novel. Sketsa wajar ini didasarkan pada keterangan saksi kunci yang diperiksa kepolisian. Sketsa tersebut saat ini juga masih harus dikonfirmasi kembali ke saksi kunci. Jika gambar pada sketsa sesuai dengan keterangan saksi, maka akan disebar ke publik untuk segera ditemukan.

sumber : Center
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement