REPUBLIKA.CO.ID, LISBON -- Sporting telah lama dikenal tidak hanya sebagai klub namun akademi sekolah terbaik di Portugal. Dalam skuat Porugal yang menjuarai Piala Dunia 2016, 10 dari 24 pemain di pertandingan final berasal dari Akademi Sepak bola Sporting, Ronaldo menjadi yang paling terkenal.
Tapi, perjuangan Sporting untuk berubah dari akademi terbaik menjadi klub yang menguntungkan tidak mudah. "Di masa lalu, tidak normal bagi pasar Eropa untuk datang ke Portugal untuk mendapatkan pemain, ketika itu," kata Kepala Pengembangan Pemain Muda Sporting Aurelio Pereira dilansir dari Bloomberg, Ahad (2/6).
Pereira menceritakan kenangannya ketika bocah laki-laki pemalu dari Pulau Madeira tiba di Lisbon pada 1997. Kala itu, si bocah bertubuh ramping tersebut berusia 12 tahun. Enam tahun kemudian, dia dijual ke Manchester United dengan banderol 15 juta euro.
"Dulu, Anda harus memiliki pemain selevel Cristiano Ronaldo atau Anda tidak akan menjual apapun," kata Pereira.
Sporting menghabiskan sembilan juta euro (Rp 137 miliar) setahun untuk menjalan program akademinya. Namun hingga baru-baru ini, klub tidak menghasilkan keuntungan.
Presiden Sporting Bruno de Carvalho menceritakan klub berada dalam kondisi yang saat buruk ketika dia tiba pada 2013. Kala itu, Sporting tidak bisa membayar pemain atau bahkan tagihan listrik tepat waktu.
"Para pemain dengan cepat dijual dan harganya sangat murah," kata dia.
Namun, de Carvalho mencoba mengubah itu. Dia berkata kepada diri sendiri: 'Sporting adalah akademi terbaik di dunia, dan akademi terbaik tidak bisa menjual pemain seperti yang telah kami lakukan.'
Dia pun melakukan perubahan di klub dan memastikan setiap pemain yang keluar mendapatkan banderol yang pantas. Pada Agustus tahun lalu, misalnya, Sporting menjual Joao Mario ke Inter Milan dengan harga 40 juta euro (sekitar Rp 600 miliar).
Kini, Sporting, bersama Benfica dan FC Porto, menjadi pabrik pemain sepak bola yang paling berpengaruh dalam pasar pesepak bola, yang menjadi pusat transaksi senilai 5 miliar dolar AS (setara Rp 66,647 triliun).
"Dibandingkan sejumlah klub besar, kami tidak punya cukup uang untuk membeli pemain. Jadi, kami harus mencetak pemain kami sendiri," kata Direktur Pusat Latihan Benfica Nuno Gomes.
Gomes yang juga mantan bintang Portugal membuka resep bagaimana Benfica bisa melahirkan pemain-pemain bertalenta. Pusat Latihan Pemain Muda Benfica memiliki 'Grup Elite'.
Grup itu berisi 40 pemain muda yang dipilih dari sekitar 240 pemain. Mereka diberi perhatian ekstra untuk mengatasi kekurangan. Para pemain berusia antara 13 dan 19 ini punya potensi menjadi profesional. Gomes menangani mereka secara khusus.
Renato Sanches adalah kisah sukses terbaru untuk model yang diterapkan Gomes. Gelandang berambut gimbal itu promosi dari Akademi ke tim utama. Kemudian, dia dijual ke Bayern Munchen seharga 35 juta euro (Rp 532 miliar).
Keberhasilan Sporting dan Benfica mendidik pemain muda dan mengelola klub dengan profesional mendatangkan pemasukan yang tidak sedikit. Tiga klub papan atas Portugal, Sporting, Benfica, dan FC Porto, mengantongi hampir 1 miliar dolar AS (Rp 13 triliun) dari penjualan pesepak bola berbakat ke klub di negara lain.
Talenta para pemain Portugal tidak hanya menjadikan negara ini juara Eropa tahun lalu. Portugal, termasuk negara miskin di Eropa, dapat mengandalkan ekonomi pada olahraga berkat kemampuannya mencetak bakat.
Portugal telah mengekspor pemain terbaik Eropa sekarang ini, Ronaldo, dan pelatih Jose Mourinho. Tim nasional Portugal adalah juara Eropa setelah mengalahkan Prancis tahun lalu.
Negara ini juga memiliki agen sepak bola paling menonjol, Jorge Mendes, yang dikenal di seluruh Eropa karena jaringan kontaknya telah menghasilkan ratusan juta euro dalam perdagangan sepak bola.
Begitu jendela transfer dibuka bulan ini di Eropa, tim atau pemain Portugal bakal terlibat dalam beberapa transaksi yang paling menarik perhatian. Bahkan, Benfica sudah mencatat transfer dalam jumlah yang cukup besar. Porto menjual Andre Silva dengan nilai 38 juta euro (Rp 578 miliar) ke raksasa Italia, AC Milan.
Namun, Gomes mengutarakan harapannya Portugal tidak hanya jadi pencetak pemain bintang bagi klub papan atas Eropa lainnya. Benfica berharap bisa menjaga pemain lebih lama sehingga mampu bersaing dengan klub-klub besar di Eropa.
"Tujuan kami adalah menemukan cara untuk memiliki kekuatan ekonomi sehingga sanggup menolak tawaran klub-klub lain. Sayangnya, saat ini, kami tidak berada dalam kondisi itu. Mungkin di masa depan," kata Gomes.