REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dibebaskan dari penjara pada Ahad (2/7) waktu setempat dan dibebaskan secara bersyarat. Ia mendapatkan hukuman 27 bulan karena korupsi.
Juru bicara Assaf Librati mengatakan, Olmert yang telah berusia 71 tahun itu dibawa oleh dinas keamanan Israel setelah dibebaskan, dan kemudian dibawa pulang. Menurut dia, berdasarkan persyaratan pembebasan awalnya, Olmert selama beberapa bulan ke depan harus melakukan pekerjaan sukarela.
Ia harus hadir ke kepolisian dua kali dalam sebulan. Ia juga dilarang memberikan pernyataan ke media atau meninggalkan negara tersebut.
Librati juga menambahkan, Presiden Reuven Rivlin dapat membebaskannya dari pembatasan pembebasan bersyarat tersebut.
Menurut NBC News, Ahad (2/7), Olmert divonis pada tahun 2014 dalam kasus yang menuduhnya menerima suap untuk mempromosikan proyek real estat di Yerusalem dan menghalangi keadilan. Tuduhan tersebut berkaitan dengan masa ketika dia masih menjabat sebagai wali kota Yerusalem dan menteri perdagangan sebelum menjadi perdana menteri pada tahun 2006.
Olmert adalah tokoh lama di sayap kanan hawkish Israel saat dia melakukan garis pendudukan yang dramatis lebih dekat ke Palestina lebih dari satu dekade lalu. Dia memainkan peran utama dalam penarikan mundur Israel dari jalur Gaza pada tahun 2005. Kemudian ia menjadi perdana menteri pada Januari 2006 setelah Perdana Menteri Ariel Sharon menderita stroke yang melemahkan fisiknya.
Olmert kemudian mengundurkan diri di tengah skandal korupsi yang mengaburkan pemerintahannya. Kemudian dia dikenai hukuman dan dipenjara.
Olmert dikenal sebagai orator berbakat, yang memecahkan serangkaian hal tabu saat menjabat sebagai perdana menteri. Ia memperingatkan, bahwa Israel dapat menjadi apharteid eperti di Afrika Selatan jika melajutkan pendudukannya terhadap warga Palestina. Ia juga mengungkapkan kesiapan untuk menyerahkan bagian-bagian dari kota suci Yerusalem di bawah kesepakatan damai.
Dia juga memimpin pemerintahannya ke konferensi perdamaian Annapolis pada bulan November 2007. Yang meluncurkan lebih dari satu tahun perundingan damai yang diperantarai oleh Brasil, namun pada akhirnya tidak berhasil. Dipenjaranya Olmert juga mengakhiri usaha perdamaian utama antara Israel dan Palestina terakhir dan memasuki era Benjamin Netanyahu pada tahun 2009.
Olmert mengklaim, bahwa dia telah membuat konsesi yang belum pernah terjadi sebeumnya kepada warga Palestina. Termasuk penarikan total dari Tepi Barat dan tawaran untuk menempatkan Kota Tua Yerusalem di bawah kendali internasional. Tawaran itu hampir mencapai kesepakatan pada saat pengunduran dirinya.