Senin 03 Jul 2017 11:59 WIB

Emirates Tambah Frekuensi Penerbangan di Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Agus Yulianto
Salah satu pesawat jumbo milik maskapai Emirates.
Foto: Reuters
Salah satu pesawat jumbo milik maskapai Emirates.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Maskapai penerbangan Uni Emirat Arab (UEA), Emirates menambah frekuensi penerbangannya di Bali. Salah satu maskapai terbaik di dunia ini beroperasi di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sejak 2015 dengan penerbangan sekali sehari untuk rute Dubai (DXB) - Denpasar (DPS).

General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Yanus Suprayogi mengatakan, pesawat Emirates penambahan frekuensi ini dilakukan mulai akhir pekan kemarin. Pesawat Emirates tipe B777-300ER dengan kapasitas 42 kursi bisnis dan 386 kursi ekonomi dengan nomor penerbangan EK360 mendarat pukul 14.42 WITA, Ahad (2/7). Pesawat ini membawa serta 422 penumpang dengan rincian 40 penumpang bisnis, 381 penumpang ekonomi, dan satu infant atau bayi.

"Ini suatu bentuk dukungan kami terhadap program Kementerian Pariwisata demi 15 juta wisatawan mancanegara (wisman) 2017," kata Yanus, Senin (3/7).

Emirates akan terbang dua kali sehari atau double daily service pada pukul 00.05 WITA dan 16.30 WITA. Ini akan mendatangkan banyak wisman dari berbagai negara yang memanfaatkan layanan Global Emirates.

Pesawat Emirates yang lepas landas dari Bali di hari sama menggunakan nomor penerbangan EK361 tujuan Denpasar-Dubai pada pukul 16.52 WITA. Pesawat ini membawa 407 penumpang dengan rincian 40 penumpang bisnis, 363 penumpang ekonomi, dan empat infant atau bayi.

Angkasa Pura dan otoritas bandara terus memperbesar daya angkut atau seats capacity dari tahun ke tahun. Pemerintah menargetkan 15 juta wisman ke Indonesia hingga akhir tahun ini dengan berkolaborasi bersama Kementerian Perhubungan, maskapai, Airvav, Angkasa Pura, pemerintah daerah di Bali, serta berbagai maskapai penerbangan dunia.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya sebelumnya mengatakan pemerintah menetapkan tiga prioritas utama tahun ini, yaitu go digital, homestay atau desa wisata, dan konektivitas udara. Konektivitas udara adalah critical success yang bisa mendorong lebih banyak wisman masuk ke Indonesia.

"Hampir 80 persen wisman yang datang ke Indonesia menggunakan transportasi udara, sisanya melalui laut, terutama Kepulauan Riau, dan cross-border land," kata Arief.

Konektivitas udara, kata mantan Direktur Utama Telkom ini memayungi 80 persen dari proyeksi kunjungan 15 juta wisman tahun ini. Itu berarti Indonesia masih kekurangan sekitar dua jura seats capacity dari negara yang menjadi pasar utama wisman, seperti Cina, Singapura, Malaysia, India, negara-negara Eropa, Australia, Jepang, dan Korea.

Trafik di sebagian besar bandara internasional di Indonesia sudah over capacity, seperti Bali dan Jakarta yang menjadi pintu gerbang utama wisman. Bandara lainnya yang sudah terbilang padat adalah Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement