REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Institute for Development if Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebutkan, ada beberapa penyebab sektor ritel hanya tmbuh 3.8 persen di semester I 2017. Pertama, inflasi yang tinggi sejak awal tahun akibat penyesuaian tarif listrik menggerus daya beli masyarakat.
''Secara kumulatif sampai semester I 2017, inflasi total sudah mencapai lebih dari 4,37 persen atau di atas target pemerintah 4 persen,'' ucap Bhima, saat dihubungi, Senin (3/7).
Kedua, lanjutnya, suku bunga kredit yang masih mahal, terlebih bunga acuan BI bertahan di 4.75 persen membuat beban masyarakat untuk membayar utang semakin berat, terutama kredit konsumsi dan KPR.
Selain itu, Bhima menuturkan, Juli ini memasuki tahun ajaran baru sekolah, sehingga pengeluaran masyarakat dari awal Lebaran sampai akhir Juli cukup besar. ''Perilakunya berubah dengan menahan pembelian barang -barang ritel,'' jelas dia.
Untuk itu, pemerintah perlu menjaga inflasi terutama dari pangan dan energi. Ia memintah pemerintah juga perlu mengefektifkan jaring pengaman berupa bantuan -bantuan sosial.
''Satu lagi, meningkatkan laju pertumbuhan industri terutama yang berorientasi ekspor agar pendapatan masyarakat juga naik,'' ujar dia.