Senin 03 Jul 2017 19:15 WIB

Ini Penyebab Nilai Tukar Petani Meningkat

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Buruh petani  (ilustrasi)
Foto: Mahmud Muhyidin
Buruh petani (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai Tukar Petani (NTP) Juni 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,38 persen dari bulan sebelumnya. Itu artinya, daya beli petani dan pendapatan petani di perdesaan pada bulan lalu mengalami peningkatan.

NTP yang selalu diukur tiap bulan dan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan rasio indeks harga yang diterima petani dibagi dengan indeks harga yang dibayar petani, baik untuk faktor produksi maupun konsumsi rumah tangga. Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengatakan, NTP bulan ini 100,53 jauh lebih baik dari bulan sebelumnya yakni 100,15.

"Ada yang turun, itu hortikultura, tapi tanaman pangan dan perkebunan naik," ujar dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (3/7).

Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, NTP tanaman pangan naik 0,69 persen, NTP tanaman perkebunan rakyat naik 0,08 persen, NTP peternakan naik 0,52 persen sedangkan NTP hortikultura turun 0,01 persen. Selain NTP, ada pula nilai tukar usaha petani (NTUP) Juni 2017 naik 0,41 persen secara keseluruhan. NTUP Juni sebesar 109,59 meningkat dari bulan sebelumnya yakni 109,15.

NTUP tanaman pangan meningkat 0,67 persen, NTUP hortikultura naik 0,08 persen, NTUP tanaman perkebunan rakyat naik 0,10 persen sedangkan NTUP peternakan meningkat 0,55 persen. "Artinya selama Ramadhan petani mengalami peningkatan pendapatan. Ini ada kaitannya dengan pengendalian harga," kata dia.

Sebelumnya, Kementan berupaya mengatur harga jual komoditas pertanian di tingkat petani. Hal tersebut dilakukan agar para petani bisa mendapatkan pendapatan yang memadai. Ia menambahkan, berbagai upaya terus dilakukan pihaknya guna mewujudkan swasembada pangan. Saat ini, lanjut dia, tengah diupayakan swasembada bawang putih, swasembada gula dan kedelai yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan. "Tapi yang lebih penting adalah kesejahteraan petani," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement