REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dua hari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan, warga berkumpul di kota-kota di Amerika Serikat pada Ahad (2/7) waktu setempat untuk meminta Kongres memakzulkan Presiden Donald Trump. Pawai pemakzulan tersebut merupakan tindak lanjut dari permintaan pribadi dari salah satu anggota parlemen beberapa waktu lalu.
Di Los Angeles, mereka membawa peti mati berwarna hitam yang dilapisi bunga merah, putih dan biru, yang ditutup dengan tulisan tangan: “Presidensi 1789-2017.” Sedangkan di Austin, Texas, para demonstran berbaris dari gedung Capitol ke City Hall, yang bergumul dengan demonstran kontra di sepanjang jalan. Dan di pusat kota San Fransisco, mereka menyanyikan yel-yel tujuan mereka turun ke jalan. “Apa yang kita inginkan? Pemakzulan! Kapan kita menginginkannya? Sekarang!”
Seperti yang terjadi di banyak kota lainnya, para pemrotes di Austin disambut oleh pendukung presiden. “Tidak ada alasan mengapa hal ini terjadi untuk menghakimi presiden, dia tidak melakukan kejahatan. Tidak ada alasan,” kata salah satu pendukung presiden Jake Lloyd, menurut NBC News, Senin (3/7).
Namun di antara mereka juga terdapat Al Green, anggota parlemen Republik dari Texas yang pertama kali secara pribadi telah meminta agar Trump dimakzulkan, yaitu pada 17 Mei. Ia mengulangi permintaannya tersebut di depan ratusan demonstran lainnya di Austin. “Saya di sini hari ini karena saya mencintai negara saya. “Kita tidak bisa membiarkan orang lain mencuri gagasan bahwa entah bagaimana mereka lebih patriotik dari kita. Kita orang Amerika patriotik,” kata Al Green sebelum memimpin Ikrar Kesetiaan dan menyanyikan lagu Good Bless America.
Di San Fransisco, sejumlah demonstran berkumpul di dekat Embarcadero dan berjalan melintasi kota dengan menyanyikan dan melambaikan tanda-tanda “kunci dia.”
Salah satu pengunjuk rasa, Mark Ransdell, mengaku sudah cukup muak dengan sikap Trump. "Setiap hal yang keluar dari mulut presiden ini, dan setiap tindakan yang dia ambil, bertentangan dengan apa yang saya percaya. Dan terus terang saya sudah cukup,” katanya.
Adapun seorang aktor sekaligus aktivis yang juga mendukung pemakzulan tersebut, DC Scarpelli, menggambarkan tujuan aksi demonstrasi mereka. “Tolak keras, sangat keras sehingga kita bahkan tidak akan mendengar pintu dibanting saat dia diseret keluar kantor,” ujarnya.
Adegan serupa juga terjadi di 400 mil sebelah selatan, di Los Angeles. Menurut laporan dari NBC Los Angeles, ribuan demonstran bergabung dengan anggota parlemen Republik Brad Sherman, dari California. Sherman ingin memakzulkan Trump karena dugaan menghalangi keadilan, sama seperti yang dinyatakan Al Green. Di mana pada bulan lalu dia merancang dan mengedarkan sebuah artikel tentang pemakzulan kepada anggota parlemen lainnya.
“Setiap hari, Demokrat, Republik, seluruh dunia terkejut dengan contoh terbaru dari presiden amatir Amerika,” kata Sherman.
Sementara di New York City para demonstran berkumpul di luar hotel milik Trump. Tempat itu, menurut wartawan Associated Press merupakan tempat di mana demonstrasi meledak dengan teriakan. Namun di Philadelphia tidak ada teriakan seperti itu, justru sebaliknya, dua demonstran anti-Trump ditangkap setelah seorang pendukung presiden diserang di luar bar pusat kota. Selain itu seorang petugas polisi terluka, NBC Philadelphia melaporkan.
Bukan hanya di kota-kota besar saja yang menarik banyak orang dalam unjuk rasa tersebut. Dari Davenport, Iowa, para demonstran bergerak melintasi Jembatan Centennia menuju Schweibert Park di Rock Island, Illinois. “Sangat menarik karena ini terjadi pada akhir pekan menuju 4 Juli, dan saya harap saat kami merenungkan betapa hebatnya negara ini, kita juga dapat merenungkan betapa pentingnya menempatkan negara di atas partai,” kata aktivis Illinois kelompok Rock Island County Indivisible, Dan Morris.
Di Amarillo, Texas Panhandle, sebuah demonstrasi kecil juga dilakukan dengan melakukan pawai dari pusat kota ke kantor perwakilan Republik A. Mac Thornberry. Pawai tersebut diakhiri dengan 'die-in' di mana para demonstran berbaring seolah-olah sudah mati untuk menyatakan dukungan terhadap 99 persen warga AS yang menjadi korban atau dieksploitasi oleh rezim Trump.