REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Aktivitas Kawah Sileri di Komplek Gunung Dieng di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara saat ini diklaim tetap normal. Meski begitu, BNPB meminta radius 100 meter dari kawah harus steril.
"Masyarakat dan pengunjung diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan dengan tidak mendekati Kawah Sileri pada jarak 100 meter dari bibir Kawah Sileri," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan tertulis, Senin (3/7).
Pascaerupsi freaktik yang terjadi pada Ahad (2/7) pukul 11.54 WIB kemarin, Sutopo mengatakan, tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik di kawah tersebut. Statusnya tetap Normal (level I). Berdasarkan pengukuran oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), secara visual gunung tampak jelas. PVMBG telah merekomendasikan tidak mendekati Kawah Sileri pada jarak 100 meter dari bibir Kawah Sileri.
Selain itu, masyarakat tidak melakukan aktivitas di Kawah Timbang karena adanya ancaman bahaya gas CO2 dan H2S yang berbahaya bagi kehidupan dan bagi wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata kawah disarankan tidak terlalu mendekat.
Pengelola wisata juga diminta memasang rambu di pintu masuk para pengunjung khususnya yg masuk Kawah Sileri untuk memberi peringatan agar wisatawan tidak masuk dalam radius 100 meter dari Kawah Sileri. Wisatawan untuk melihat pemandangan/Kawah Sileri, kata Sutopo, sebetulnya tidak harus dekat kawah. "Dalam status normal, dekat kawah juga bahaya," katanya.
Rekomendasi ini menurutnya bukan untuk menghalangi wisatawan menikmati keindahan Kawah Sileri (dan seluruh kawah di komplek Gunung Dieng), tetapi agar aktivitas wisatawan tetap berlangsung, namun ada jaminan keamanan wisatawan dari ancaman erupsi dr Kawah Sileri.
Sampai saat ini tidak ada peningkatan status Gunung Dieng. Asap kawah Gunung Dieng dilaporkan bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas lemah hingga tebal dan tinggi 60 meter di atas kawah puncak. Kegempaan dari tektonik lokal jumlah 10, amplitudo 3-40,1 milimeter dan durasi 3-13,62 detik. Suhu kawah 50,7 derajat celcius, pH air 6,23 dan tidak terdeteksi gas beracun CO2, H2S dan SO2.
Meski demikian, potensi erupsi freatik di Kawah Sileri masih dapat terjadi. Namun, tidak dapat dipastikan kapan akan terjadi. Umumnya adanya erupsi freatik akan disusul dengan erupsi berikutnya dalam rentang waktu tertentu. Apalagi karakter Kawah Sileri memiliki sejarah erupsi freatik yang sering terjadi. Erupsi freatik terjadi ketika adanya air tanah, air danau kawah, atau air hujan yang menyentuh magma di dalam bumi, panas dari magma akan membuat air tersebut menjadi uap, dan ketika tekanan uap sudah sangat tinggi dan tidak bisa dibendung, maka akan terjadi letusan. Erupsi freatik mengeluarkan material padat berupa lumpur, pasir, kerikil dan air yang terlempar akibat tekanan dari uap tadi .
Sebelum erupsi pada Ahad siang (2/7), Kawah Sileri sudah menunjukkan adanya tanda-tanda erupsi. Pada 30 April 2017 pukul 13.03 WIB, terjadi satu kali semburan lumpur dengan ketinggian sekitar 10 meter. Semburan pada posisi tengah kawah dan material tidak terlempar jauh keluar dari kawah, hanya sekitar 1 meter dari bibir kawah dengan ketebalan 1-2 milimeter. Kemudian pada 24/5/2017 pukul 09.41 Wib, terjadi pelepasan gas dan muncul asap hitam tinggi sekitar 20 meter.
Erupsi selanjutnya pada Ahad (2/7) pukul 11.54 WIB mengeluarkan material lumpur setinggi 150 meter dengan jarak lontaran sekitar 50 meter ke arah utara dan selatan serta 50 meter ke arah waterboom. Gempa terjadi hanya pada saat letusan. Saat erupsi inilah ada 18 orang wisatawan yang berada di sekitar Kawah Sileri. Tercatat 11 orang luka-luka. Sebagian besar luka ringan. Untuk korban atas nama Siti Muainah (48 tahun) yang luka tangan kiri mengalami tulang retak dirujuk rawat inap di RSUD Kraton Pekalongan. Mereka wisatawan lokal dari Desa Paninggaran Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan. Seluruh biaya perawatan ditanggung oleh manajemen obyek wisata Dieng Kabupaten Banjarnegara. Dari 67 gunung api aktif yang dipantau PVMBG, sebanyak 49 gunung api berstatus Normal (level I), 17 gunung api berstatus Waspada (level II), dan satu gunung berstatus Awas (level IV), yakni Gunung Sinabung.