REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masih mengharapkan laju inflasi nasional pada akhir 2017 berada pada kisaran sesuai target pemerintah yaitu empat persen.
"Kami berharap inflasi masih dijaga sesuai asumsi di APBN 2017 sebesar empat persen," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (3/7).
Sri Mulyani mengatakan upaya untuk menjaga inflasi hingga akhir tahun adalah dengan terus menjaga stabilitas perekonomian pada semester II-2017. Ia menambahkan hal itu bisa dilakukan karena pemerintah sudah menjalankan berbagai tindakan untuk menjaga supply side, dengan mengendalikan harga kebutuhan pangan.
Pemerintah juga telah berkomitmen untuk tidak menyesuaikan tarif elpiji dan BBM hingga September 2017 serta menahan kenaikan tarif listrik hingga akhir tahun. "Kami berharap tekanan inflasi dari sisi biaya akan melemah atau berkurang," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.
Selain itu, permintaan masyarakat juga diperkirakan akan berkurang karena periode Lebaran sudah terlewati, sehingga bisa ikut menekan inflasi pada periode ini. "Tekanan dari sisi demand juga akan berkurang, sehingga kami berharap pada semester dua, outlook inflasi jadi relatif lebih baik," kata Sri Mulyani. Ia memastikan pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia untuk menjaga inflasi inti dan inflasi yang disebabkan karena perubahan harga di luar negeri dan atas perubahan nilai tukar (imported inflation).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi nasional pada Juni 2017 sebesar 0,69 persen yang disebabkan oleh kenaikan tarif listrik, tarif angkutan udara dan tarif angkutan antarkota. Dengan tingkat inflasi pada Juni 2017 sebesar 0,69 persen, maka laju inflasi tahun kalender Januari-Juni 2017 telah mencapai 2,38 persen dan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) tercatat sebesar 4,37 persen.
Seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi dalam periode ini di antaranya kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,27 persen diikuti kelompok sandang sebesar 0,78 persen. Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar ikut menyumbang inflasi 0,75 persen, kelompok bahan makanan 0,69 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,39 persen