REPUBLIKA.CO.ID, Jawaban atas pertanyaan ini antara lain diungkapkan oleh Prof M Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Yang Hilang Dari Kita; Akhlak.
Menurut pakar tafsir Alquran ini, Islam adalah akhlak luhur. Penekanan ini antara lain karena dengan akhlak atau sopan santun akan tercipta keharmonisan hubungan dan kedamaian di bumi.
Damai adalah dambaan setiap makhluk. Dengan sopan santun, permusuhan dapat dihindari, bahkan permusuhan dapat berubah menjadi pertemanan yang akrab.
Penyabet gelar doktoral bidang tafsir dari Universitas al-Azhar, Kairo Mesir ini pun mengutip ayat 34 surah Fushshilat.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”
Menurut Quraish, sopan santun adalah yang paling banyak dilihat orang. Tolok ukurnya pun dikenal luas walau oleh orang yang tidak terpelajar. Itu antaralain karena banyak norma dan praktiknya yang bersumber dari kebiasaan masyarakat.
Bandingkan, kata dia, dengan akidah yang tempatnya adalah hati, ibadah yang tak selalu ditampilkan seperti puasa yang menjadi rahasia antara Allah SWT dan seorang hamba, atau shalat lima waktu yang tidak harus di depan umum.
Akan tetapi, menurut Quraish, ciri utama sopan santun adalah harus tampak ke permukaan dan itulah yang dapat menjadi indikator utama tentang baik buruknya agama yang dianut.
Dia menegaskan, masuknya Islam ke Indonesia, bahkan Asia Tenggara, adalah bukti konkrit tentang pentingnya akhlak. Para padagang yang datang dari Timur Tengah tidak mampu menggunakan bahasa lisan penduduk, tetapi mereka berhasil menyebarkan Islam dengan bahasa sopan santun dan akhlak luhur.
“Karena itu sekali lagi, sopan santun sangat dibutuhkan, bukan saja untuk memperkenalkan Islam, tetapi lebih-lebih untuk mewujudkan hubungan harmanis dan kedamaian di persada bumi ini,” tulis pria asal Rappang, Sulawesi Selatan ini.