REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia Y Kristiarto S Legowo mengatakan Indonesianis banyak tersebar pada berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Australia. Mereka memiliki peran sangat penting dalam membantu memperkuat hubungan bilateral kedua negara.
"Untuk itu, perlu semakin didorong upaya untuk menghasilkan lebih banyak Indonesianis dengan mengoptimalkan keberadaan pusat studi Indonesia dan pengajaran Bahasa Indonesia di kampus-kampus di Australia," katanya melalui siaran pers KBRI Canberra yang diterima di Jakarta, Selasa (4/7).
Saat menyampaikan sambutan pembukaan dalam forum Indonesian Council Open Conference (ICOC) yang diselenggarakan di Kampus Universitas Flinders, Adelaide, Dubes RI secara khusus mengapresiasi kiprah Universitas Flinders dan universitas-universitas lain di Australia telah mencetak generasi baru Australia yang lebih mengetahui tentang Indonesia.
Hal ini sangat penting karena orang Australia yang pernah mempelajari Bahasa Indonesia cenderung memiliki pemahaman lebih baik terhadap Indonesia. Terkait dengan pentingnya peran Bahasa Indonesia ini, Dubes RI telah memberikan prioritas sangat besar untuk terus mempromosikan Bahasa Indonesia di kampus-kampus maupun sekolah-sekolah, mulai tingkat SD hingga SMA di berbagai penjuru Australia.
Bahkan, dalam waktu dekat akan didirikan Balai Bahasa Indonesia (BBI) di Adelaide, melengkapi BBI sebelumnya yang sudah ada di Perth, Canberra dan Melbourne/Tasmania. Dubes RI juga mengusulkan perlu diselenggarakan forum serupa di Indonesia agar semakin banyak publik di Tanah Air yang mendapatkan informasi terkini tentang Australia.
Wakil Rektor Universitas Flinders urusan kerja sama internasional Sebastian Raneskold yang membuka secara resmi konferensi ini, menegaskan bahwa forum ini merupakan salah satu komitmen Universitas Flinders untuk mendekatkan publik Australia dengan Indonesia. Terlebih lagi, di Negara Bagian Australia, Universitas Flinders adalah satu-satunya perguruan tinggi yang mengajarkan Bahasa Indonesia.
Konferensi yang digelar setiap dua tahun sekali secara bergantian di berbagai negara bagian di Australia ini, dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang terdiri dari Indonesianis dari Benua Kangguru, seperti Jemma Purdey, serta dosen maupun peneliti dari Indonesia, baik yang sedang menempuh studi di Australia maupun langsung datang dari Tanah Air.
Dosen dari Universitas Airlangga datang dengan jumlah terbanyak dipimpin oleh pengamat politik ternama Kacung Marijan, dengan mengisi panel khusus yang disebut Panel Airlangga guna membahas sejumlah tema penting dari perspektif sosial, media dan politik serta hubungan bilateral Indonesia-Australia.
Beberapa akademisi dari negara lain, yakni Amerika Serikat, Jepang, dan India juga turut menyampaikan paparan dalam konferensi yang berlangsung selama dua hari ini. Konferensi ICOC ini secara khusus juga menggandeng Perhimpunan Pelajar Indonesia-Australia (PPIA) Universitas Flinders. Saat ini, tercatat sekitar 200 mahasiswa Indonesia tengah menuntut ilmu pada berbagai jurusan di universitas ini, mulai program S-1, S-2, dan S-3.
Pada sela-sela konferensi, Dubes Kristiarto juga mengadakan pertemuan dengan pemimpin Universitas Flinders, yakni Colin Stirling, guna membahas potensi kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan salah satu universitas ternama di Australia ini, khususnya dalam konteks pengembangan Bahasa Indonesia.