Selasa 04 Jul 2017 11:54 WIB

Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal ke Perairan Jepang

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID,PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) dilaporkan kembali menembakkan sebuah rudal balistik yang jatuh ke perairan Jepang, Selasa (4/7). Peluncuran dilakukan sekitar pukul 9.40 pagi waktu setempat.

Rudal ditembakkan dari wilayah barat Korut, tepatnya di Banghyon, Provinsi Pyongan Utara. Menurut pihak berwenang Jepang, rudal itu mendarat di bagian zona ekonomi eksklusif laut negara itu. Pihak berwenang Korea Selatan (Korsel) dan Jepang memperkirakan rudal melucur sejauh 930 kilometer. Di udara, senjata ini terbang selama sekitar 40 menit, sebelum akhirnya mendarat.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga dalam sebuah pernyataan mengecam uji coba rudal yang kembali dilakukan Korut. Negaranya akan mengajukan peringatan keras yang memungkinkan sanksi baru terhadap Korut diajukan. Sementara, Presiden Korsel Moon Jae-in telah meminta diadakannya pertemuan darurat dewan keamanan negara. Di sana, akan dibahas bagaimana tindak lanjut dalam upaya menghentikan program nuklir Korut yang semakin hari disebut semakin berkembang.

Pada Mei lalu, Pemerintah Korut mengklaim kesuksesan dalam pengembangan peluru kendali balistik antarbenua (ICBM). Rudal jenis ini memiliki jangkauan yang sangat jauh dan diperkirakan mencapai 12 ribu kilometer.  Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu selama ini juga mengatakan telah mengembangkan rudal jarak jauh, menjangkau antar benua. Bahkan, peluncuran itu disebut mampu mencapai daratan Amerika Serikat (AS) dan di dalam rudal tersebut terpasang hulu ledak nuklir.

Selama ini, Korut mengatakan bahwa program tersebut sebagai alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korsel dan Jepang khawatir karena merasa dapat menjadi ancaman utama serangan nuklir negara terisolasi itu.

Sejak 2006 lalu, Dewan Keamanan PBB juga telah memberikan sanksi terhadap Korut atas uji coba program nuklir yang dilakukan. AS sebagai negara anggota tetap juga hendak melakukan strategi baru, yaitu bekerja sama dengan Cina yang merupakan sekutu sekaligus mitra dagang dan pemberi bantuan ekonomi utama untuk Korut.

Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan antara AS dan Korut juga terjadi. Presiden AS Donald Trump sebelumnya memberikan peringatan bahwa aksi militer dalam menghadapi ancaman negara di Asia Timur itu dapat dilakukan. Hal ini terbukti dengan ditempatkannya sejumlah kapal kelompok angkatan laut dari negara adidaya itu di Semenanjung Korea sebagai langkah antisipasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement