REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Ledakan terjadi di sebuah pabrik garmen di Bangladesh, Senin malam (3/7). Sebanyak 10 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam peristiwa ini.
Menurut laporan, ledakan berasal dari sebuah boiler atau ketel uap yang digunakan di dalam pabrik. Padahal, boiler tersebut diyakini tidak mengalami kerusakan apa pun dan telah berfungsi dengan baik.
"Boiler yang meledak dalam pabrik juga baru saja diservis sehingga tidak ada kerusakan apa pun yang ditemukan, namun tiba-tiba saja saat digunakan malam itu benda ini meledak," ujar kepala perusahaan pabrik Multifabs Limited, Mahiuddin Faruqui, Selasa (4/7).
Pabrik Multifabs pertama kali beroperasi di Bangladesh pada 1992. tempat ini menjadi salah satu pusat produksi garmen terbesar di dunia yang juga memasok pakaian rajutan ke sejumlah negara Eropa, diantaranya Swedia, Denmark, Jerman, Rusia, Spanyol, Belanda, dan Inggris.
Industri garmen di Bangladesh selama ini menjadi yang kedua terbesar di dunia setelah Cina. Sekitar empat juta waga di negara itu tercatat menjadi pekerja di pabrik kain dan pakaian.
Sebanyak 80 persen dari pendapatan ekpor Bangladesh berasal dari industri garmen. Namun, industri ini mulai mendapat sorotan setelah sejumlah kecelakaan di pabrik-pabrik perusahaan ini terjadi.
Pada 2013, bangunan pabrik garmen tiba-tiba runtuh dan membuat lebih dari 1.100 orang tewas. Kemudian, pada 2012 insiden kebakaran terjadi di sebuah pabrik lainya dan 112 pekerja meninggak.
Banyak aktivis yang mengkritik perusahaan-perusahaan garmen telah menerapkan standar keselamatan yang buruk di lingkungan pabrik. banyak pekerja yang juga diberikan gaji rendah serta jam kerja panjang, tanpa memperhatikan kondisi kesehatan mereka.