Rabu 05 Jul 2017 20:04 WIB

Kapolri: Satgas Pangan akan Kejar Mafia Beras

Rep: Mabruroh/ Red: Ratna Puspita
Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Kapolri Tito Karnavian
Foto: dok. Humas Kementan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Kapolri Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian memastikan Satgas Pangan akan terus bekerja. Bahkan, dia mengatakan kali ini prioritas Satgas Pangan mengejar para mafia beras.

"Satgas ini akan menyasar yang utama menyasar beras, kenapa? karena dari sembilan bahan pokok itu perputaran uang terbesar ada di beras," ujat Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/7).

Tito menjelaskan uang yang beredar untuk beras hampir sebesar Rp 487 triliun dan menjadi tertinggi dibanding bahan lainnya. Urutan kedua, yakni minyak goreng, dan urutan ketiga adalah jagung.

Tito juga menjelaskan terjadi ketimpangan dalam hal keuntungan antara pedagang dan petani. Jumlah petani mencapai 56 juta orang namun hanya mendapatkan keuntungan 60 triliun. Jumlah pedagang sebanyak 400 ribu orang namun meraup keuntungan hingga Rp 126 triliun.

"Nah ini kami melihat terjadi ketidakseimbangan," kata Tito.

Karena itu, kepolisian akan melakukan langkah-langkah untuk melakukan pengawasan di jalur terutama distribusi, kartel-kartel, atau mafia-mafia beras. "Mereka yang menimbun memainkan harga kalau mereka melakukan pelanggaran hukum kita ambil penegakan hukum," ujar Tito.

Mantan Kapolda Metro Jaya ini mengaku ingin melihat senyum indah para petani yang dapat merasakan dan menikmati hasil jerih payahnya. Begitu pula dengan para pedagang dan konsumen dapat bersama-sama tersenyum karena tidak ada yang merasa dirugikan.

"Tapi, hati-hati, yang enggak boleh tersenyum ini adalah para kartel, mafia-mafia kartel yang akan kami kejar," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement