Kamis 06 Jul 2017 08:01 WIB

Islamofobia Sulit Hilang karena Jadi Bentuk Rasialisme

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: avizora.com
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, EDINBURGH -- Ketua Dewan Kesamaan Daerah Edinburgh dan Lothians, Foysol Choudhury menilai, sejumlah insiden yang teradi di Finsbury Park mengkonfirmasi tren masyarakat. Terutama, ketakutan terhadap umat Islam atau Islamofobia.

Dilansir dari Edinsburgh, Kamis (6/7), mereka yang mempromosikan Islamofobia mencoba membenarkan pandangan dengan mengutip tindakan terorisme yang tidak berhubungan dengan Islam, apalagi mereka warga Muslim yang taat hukum.

"Saat ini, bahkan jika terorisme berhenti, Islamofobia tidak akan berakhir karena ini adalah bentuk rasisme," kata Foysol.

Walau rasisme dan prasangka keagamaan ilegal, mereka yang melanggar hukum dengan mempromosikan Islamofobia sering lab dan penuntutan. Prasangka terhadap Muslim menebarkan diskriminasi pekerjaan, posisi sosial dan kerusakan masjid.

Masyarakat menanggapi tindakan pemimpin mereka dan penerapan undang-undang. Jika pemimpinnya menyatakan Islamofobia itu salah, mungkin konflik akan berganti perdamaian dan kemajuan yang dihasilkan warga negaranya.

Terkait ini, Mei 2015 Parlemen Skotlandia mendebatkan Islamofobia. Diharap ini jadi awal para pemimpin menghentikan tindakan Islamofobia dari mereka yang rasis. Ia mengingatkan, Islam tidak ada hubungannya dengan terorisme.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement