REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Turki Suleyman Soylu membagi pengalaman terkait kebijakan negerinya yang membangun dinding perbatasan sepanjang 860 kilometer antara Turki-Suriah. Dinding perbatasan yang dibangun itu untuk mengatasi persoalan Foreign Terrorist Fighters (FTF).
Suleyman Soylu menceritakan kebijakan negerinya itu kepada Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dan Kepala BNPT Suhardi Alius dalam pertemuan bilateral mereka yang digelar di Ankara, Rabu (5/7). "Ada pembangunan dinding, sudah dibangun dinding di perbatasan sepanjang 700 km dari total 860-an km. Dinding perbatasan antara Turki dan Suriah," kata Retno.
Ia mengatakan, Turki memang mempunyai tantangan yang lebih besar terkait FTF mengingat posisi geografisnya yang berbatasan langsung dengan Suriah. Oleh karena itu, Indonesia meminta masukan dan kiat-kiat dari Turki dalam hal penanganan FTF dan terorisme yang salah satunya diatasi dengan pembangunan dinding ratusan kilometer setinggi tiga meter tersebut.
Sementara Kepala BNPT Suhardi Alius mengatakan pembangunan dinding perbatasan oleh Turki sesuai cerita Mendagri Turki membuat arus keluar masuk orang dari dan ke Turki semakin terpantau. "Jadi tidak mudah lagi orang keluar masuk ke Turki atau ke Suriah karena sudah ada dinding. Sehingga yang akan masuk harus melalui pemeriksaan yang signifikan. Mudah-mudahan ini juga membantu kita dalam kaitan dengan WNI yang masuk atau mencoba untuk masuk ke Suriah," katanya.
Suhardi mengaku terus berkoordinasi terkait masih banyaknya WNI yang mencoba menyeberang ke Suriah melalui Turki. Secara khusus ia mengapresiasi WNI yang memberikan informasi terkini terkait kondisi di wilayah konflik Suriah.
"Apa yang mereka sampaikan itu hasil pengalaman kalau kita pemerintah yang ngomong seakan-akan rekayasa, kalau mereka yang sampaikan, mana ada sih di daerah pertempuran seperti itu diiming-imingi pekerjaan dengan gaji dan sebagainya. Sudah banyak yang seperti itu tapi ini kan perlu terus testimoni dari yang merasakan itu akan lebih bermanfaat bagi masyarakat kita," katanya.
Menurut Menlu Retno, WNI yang akhirnya bisa keluar dari wilayah Suriah dan mereka memberikan informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi ini menjadi nilai yang sangat baik dan sangat penting untuk mencegah jatuhnya korban yang lebih banyak. "Juga untuk mencegah korban yang dibohongi lebih banyak mengenai situasi yang digambarkan bagus, baik di Suriah. Jadi kesaksian mereka memiliki nilai yang sangat berarti untuk mencegah jatuhnya korban," kata Retno.