REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Corporate Affairs Director PT Unilever Indonesia Tbk, Sancoyo Antarikso mengatakan, agar tidak tertinggal, mereka turut bekerja sama dengan perusahaan -perusahaan pemasaran daring atau e-commerce dalam melakukan penjualan. Sehingga, mereka tidak hanya beroperasi secara ritel.
''E-commerce kami mempunyai kerja sama dengan pihak e-commerce yang lain. Jadi kami selain jualan melalui ritel, kami jualan juga lewat online,'' kata Sancoyo, saat dihubungi, Kamis (6/7).
Ia mengatakan, Unilever harus memahami tren dari konsumer untuk berbelanja. Kalau mereka ternyata ada kebutuhan untuk belanja melalui online, maka harus menyesesuaikan selera konsumen.
Sancoyo mengakui memang ada kebutuhan dari konsumen untuk berbelanja melalui online. Namun prinsipnya, kata dia, perusahaan selalu berusaha untuk dekat dengan konsumen, apapun kebutuhan cara mereka berbelanja harus disediakan.
''Kalau misal anda liat di partner online kami, baik itu Lazada, Blibli, atau yang lain akan tersedia produk kami. Jadi lebih kepada kami bisa memenuhi kebutuhan atau cara berbelanja konsumen kami,'' ujar Sancoyo.
Sebelumnya, Analis Mirrae Sekuritas Christine Natasya menilai, perkembangan e-commerce berdampak negatif terhadap emiten khususnya sektor ritel. Ia mencontohkan, salah satu emitennya adalah Ramayana Lestasi Sentosa (RALS), yang berada dalam kondisi yang kurang bagus.
Kondisi Ramayana tersebut disebabkan adanya perkembangan e-commerce, terutama penjualan produk baju untuk kelas menengah. ''Sehingga ritel pasti melemah,'' ucap Christine.