REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengatakan, sejak lima tahun lalu, kebanyakan teroris di Indonesia menjadikan jajaran kepolisian sebagai musuh utamanya. Dia menyebutkan ada tiga hal yang menjadi alasan teroris meneror kepolisian.
Pertama, polisi yang semakin agresif melakukan pemburuan dan mengahncurkan sarang teroris. Kedua, polisi semakin tidak ragu untuk melakukan eksekusi mati tersangka terorisme. Ketiga, banyaknya anggota keluarga tersangka terorisme yang diperlakukan tidak layak.
"Sehingga hal ini menimbulkan dendam kesumat di kalangan teroris terhadap polisi," kata Neta saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (6/7).
Neta menyarankan aparat Polri tidak lengah dan dapat meningkatkan profesionalisme, sehingga mampu membongkar otak pelaku serangan berkelanjutan yang menyerang anggota kepolisian. "Polri perlu mengusutnya secara detail dan memaparkannya dengan terang benderang agar tidak berkembang keresahan di masyarakat," kata dia.
Sikap siap mati yang tertanam dalam diri teroris, juga menjadi faktor pendukung aksi nekat mereka menyerang markas kepolisian dan membunuh anggota polisi. "Selain itu sikap nekat para teroris mereka diwujudkan dengan menyebar selebaran dan bendera ISIS di kantor polisi," ujar dia.
Neta menduga bendera ISIS yang dikibarkan di markas kepolisian adalah sebuah sinyal yang menunjukkan sikap teroris yang tidak takut dan siap berperang secara terbuka dengan polisi. Polisi sudah saatnya waspada dan mengencangkan sabuk untuk memerangi terorisme. "Meskipun senjata mereka (teroris) cuma pisau dapur. Terbukti mereka nekat menyerbu Polda Sumut, membunuh polisi di depan Mabes Polri dan mengibarkan bendera ISIS di depan Polsek. Polri sudah saatnya mewaspadai fenomena ini," ujar Neta.