Sabtu 08 Jul 2017 00:13 WIB

Kekurangan Guru Agama Dinilai karena Lemahnya Koordinasi

Rep: UMI NUR/ Red: Ilham Tirta
Ilustrasi guru agama.
Foto: Republika
Ilustrasi guru agama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat dan pemerhati Pendidikan, Itje Chodidjah menilai adanya laporan kekurangan 21 ribu guru agama disebabkan lemahnya koordinasi antara pusat dan daerah. “Menurut saya, saat ini kita memang lemah di dalam koordinasi. Ini kan karena kurangnya koordianasi makanya tak ada data masing-masing. Sehingga baru muncul pas masalah besar,” kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (7/7).

Itje beranggapan, apabila ada koordinasi antara pemerintah daerah dan pusat, sekolah tidak akan kekurangan guru. Sebab, sudah ada data berapa guru yang akan pensiun. “Kalau ada koordinasi sekolah di bawah Kemendikbud dan Kemenag bisa tahu, kalau sekarang yang terjadi di beberapa daerah, krisis guru agama. Itu lemahnya koordinasi yang tak diantisipasi sejak awal,” ujar dia.

Itje meminta Kemenpan RB tidak lepas tangan terhadap kebutuhan guru. Sebab, kebutuhan guru bukan seperti kebutuhan pegawai yang tidak mengurus anak-anak. “Karena itulah, perlu adanya pembedaan antara pegawai negeri guru dan non-guru. Karena guru harus ada klausul perekrutan yang lain, tidak bisa menunggu perekrutan massal kapan,” jelasnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement