REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Gereja Katolik Roma melarang penggunaan roti bebas gluten untuk penganutnya dalam komuni suci. Vatikan telah memutuskan roti itu bisa dibuat dari organisme hasil rekayasa genetika.
Dalam sebuah surat kepada uskup, prefek Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Sakramen Kardinal Robert Sarah mengatakan roti itu bisa dibuat dengan rendah gluten. Tapi yang jelas harus ada cukup protein dalam gandum untuk membuatnya tanpa zat aditif. Aturan baru ini menurutnya dibutuhkan karena roti sekarang dijual bebas di supermarket dan dijual secara daring.
“Sampai baru-baru ini, ada beberapa komunitas religius yang membuat roti dan anggur untuk perayaan Ekaristi,” kata Kardinal dalam suratnya, yang menurutnya dikirim atas permintaan Paus Fransiskus, dikutip Telegraph, Ahad (9/7). “Hari ini, bagaimanapun, bahan-bahan ini juga dijula di supermarket dan toko lainnya bahkan di internet.”
Menurut Kardinal, roti yang digunakan dalam perayaan Kurban Ekaristi Kudus harus tidak beragi, murni gandum, dan baru dibua, sehingga tidak ada daya dekomposisi. “Oleh karena itu, jika roti itu dibuat dari bahan lain, bahkan jika itu adalah biji-bijian, atau jika dicampur dengan zat lain yang berbeda dari gandum sedemikian rupa sehingga tidak umum dianggap roti gandum, bukan merupakan bahan yang sah untuk digunakan dalam Pengorbanan dan Sakramen Ekaristi.”
Selain itu, Vatikan juga mengatur tentang anggur yang boleh disajikan, yaitu harus alami dari buah anggur, murni dan tidak rusak, dan tidak dicampur dengan zat lain.
Menurut laporan BBC, aturan tersebut diberlakukan kepada sekitar 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Doktrin Katolik Roma menyebutkan, roti dan anggur yang disajikan dalam Ekaristi akan diubah menjadi tubuh dan darah Kristus melalui sebuah proses yang dikenal sebagai transubstansiasi.