REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan daya beli masyarakat ikut dirasakan dampaknya oleh Industri Kecil Menengah (IKM). Namun begitu, Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, hingga kini belum ada laporan mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diakibatkan oleh kondisi tersebut.
"Laporan PHK belum ada, baik dari asosiasi IKM makanan dan minuman maupun tekstil," ujarnya, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (11/7).
Sebelumnya, Gati mengakui bahwa banyak usaha konveksi yang tak mampu menjual produk mereka karena daya beli masyarakat yang tengah melemah. Akibatnya, permintaan akan barang pun menurun. "Konveksi nggak laku, banyak numpuk barangnya," kata Gati, di kantornya, Senin (10/7).
Untuk menyiasati hal itu, Gati mengatakan Ditjen IKM sudah mulai mengajarkan strategi bisnis untuk menyiapkan IKM agar mulai beralih ke pasar online. Ia juga berharap, usaha pemerintah yang tengah fokus menurunkan rasio gini dapat memberikan stimulus pada masyarakat sehingga kondisi pelemahan daya beli ini tidak berlarut-larut.
Indikasi adanya pelemahan daya beli masyarakat salah satunya tergambar dalam inflasi inti yang dirilis BPS beberapa waktu lalu. Laju inflasi inti yang menunjukkan angka stagnan, bahkan cenderung lebih rendah dibanding bulan lalu mencerminkan sisi permintaan yang melambat, alias daya beli masyarakat tengah turun. Asumsi tersebut kemudian dikuatkan oleh data penjualan ritel yang juga melambat.
Nielsen Indonesia mencatat sektor penjualan ritel Indonesia mulai Januari sampai Mei 2017 hanya tumbuh 3,1 persen. Angka pertumbuhan yang hanya 3,1 persen itu merosot 7,4 persen dibanding kinerja pertumbuhan di periode yang sama pada 2016 yang tercatat 10,5 persen.