Selasa 11 Jul 2017 21:32 WIB

Pansus Angket akan Panggil Kepolisian dan Kejaksaan

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Ratna Puspita
Anggota DPR Partai Nasdem Teuku Taufiqulhadi (kanan).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Anggota DPR Partai Nasdem Teuku Taufiqulhadi (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia Khusus Hak Angket KPK berencana memanggil perwakilan dari kepolisian dan kejaksaan. Pansus menganggap perlu mendengarkan keterangan dari kepolisian dan kejaksaan untuk memahami implementasi dari prosedur penyidikan dan penuntutan.

"Karena kita tahu polisi ada penyidiknya, kemudian juga kita berusaha untuk konsultasi dengan kejaksaan agung, karena kita tahu di sana ada penuntutnya," ujar Wakil Ketua Pansus Hak Angket Taufiqulhadi usai rapat dengar pendapat pakar di Gedung DPR-MPR, Senayan, Selasa (11/9).

Taufiq mengatakan, Pansus mencukupkan keterangan dari para pakar. Sebab, dia menilai pendapat para pakar mengenai keabsahan Pansus Hak Angket terhadap KPK sudah terjawab.

"Kami menganggap bahwa persoalan kontroversi masalah sah tidak sah angket ini, kemudian yang menjadi objek daripada angket ini sudah jelas semuanya," kata dia menjelaskan.

Taufiq juga menerangkan, pansus tidak hendak melakukan perubahan pada KPK. Menurut dia, jalan menuju revisi terhadap KPK masih sangat panjang. Termasuk rekomendasi untuk merevisi Undang-undang KPK.

Dia menambahkan saat ini Pansus memfokuskan pembahasan pada kinerja KPK dan proses penguatan KPK. "Karena kalau tidak lemah misalnya itu bagus, apa yang harus kita rekomendasikan? Kalau semuanya prosedural, berarti sudah tidak masalah, untuk apa kita perbaiki," ujar dia mengakhiri.

Terkait revisi, dia menuturkan, Pansus akan memberikan seluruh penilaian terhadap masyarakat. "Kalau kita sudah ungkapkan (hasil temuan Pansus) kepada publik, kita serahkan (penilaian) kepada publik," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement