Rabu 12 Jul 2017 08:48 WIB

Djarot Ingin Kenaikan Tunjangan DPRD Disesuaikan Kinerja

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nur Aini
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan sang istri Happy Farida tiba di Balai Kota usai pelantikan di Istana Negara, Kamis (15/6).
Foto: Republika/ Noer Qomariah Kusunawardhani
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan sang istri Happy Farida tiba di Balai Kota usai pelantikan di Istana Negara, Kamis (15/6).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rencana DPRD DKI Jakarta untuk menaikkan tunjangan diakui Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat sebagai turunan peraturan pemerintah (PP). Ia tidak mempermasalahkan kenaikan tunjangan DPRD DKI Jakarta asal tunjangan tersebut sesuai kinerja anggota dewan.

Menurutnya, besaran tunjangan yang disesuikan dengan kinerja merupakan sistem yang digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan sistem itu, anggota Dewan yang rajin mendapatkan tunjangan lebih tinggi dibanding anggota yang tidak rajin.

"Ada tunjangan kinerja dewan. Ya dirumuskanlah di situ sehingga fair. Saya pernah jadi anggota Dewan lho, mereka yang rajin dan suka menerima pengaduan dan sebagai dan dengan mereka yang jarang-jarang masuk itu take home pay-nya sama," ujar Djarot di Balai Kota, Selasa (11/7).

Ia kemudian mempertanyakan niat anggota dewan. Sebab niat dewan harus membantu masyarakat. "Niatnya kan bukan untuk memperkaya diri, tapi membantu masyarakat untuk  memecahkan persoalan-persoalan masyarakat dari sisi legislasi, budgeting, kontrol. Kalau dia cuma datang di rapat paripurna, itu melenceng dong. Padahal kalau dia aktif betul, dia membantu masyarakat," katanya.

Sebelumnya, DPRD Jakarta menggulirkan rencana kenaikan tunjangan bagi pimpinan dan anggota DPRD. Kenaikan tersebut mencapai 20 persen dari pendapatan saat ini. Jika rencana ini dikabulkan, gaji anggota DPRD yang diterima bisa mencapai Rp 80 juta per bulan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement