REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebutkan bahwa serangan piranti lunak perusak atau "malware" menjadi ancaman baru yang dapat mengganggu sistem pertahanan Indonesia.
"Perang konvensional berupa adu kekuatan alutsista saat ini potensinya kecil. Dunia dan Indonesia sedang dihadapkan pada ancaman 'malware', ini baru dan sedang populer," kata Menhan ketika menjadi pembicara di Indonesia International Defense Science Seminar yang diadakan di Bogor, Jawa Barat, Rabu (12/7).
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini mengatakan serangan baru tersebut juga berpeluang mempengaruhi stabilitas keamanan nasional. "Malware bisa mengganggu kinerja seluruh pihak, tidak ada target tertentu. Ini menjadi berbahaya ketika menyerang data yang sensitif bagi negara, tentu akan menjadi ancaman bagi pertahanan Indonesia," ujar Ryamizard.
Bahkan, menurut dia, selain mengganggu pertahanan nasional malware juga dapat mengusik kehidupan masyarakat secara langsung.
"Virus jenis 'ransomware' yang baru-baru ini masuk ke Indonesia tujuan utamanya adalah untuk memeras korban. Pekerjaan masyarakat akan terganggu, dan bisa jadi menciptakan rasa frustasi di kalangan masyarakat karena pemerasan yang terjadi, ini juga perlu diantisipasi," kata Menhan.
Oleh karena itu, ia menuturkan perlu ada kolaborasi dari sejumlah negara untuk melawan masuknya piranti lunak perusak ini.
"Serangan ini menjadi musuh bersama, makanya harus ada kerja sama dengan banyak negara untuk menghalau serangan siber tersebut," tuturnya.