REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia memerlukan 15 hari lagi untuk menyelesaikan krisis di Marawi, Selasa (11/7).
Dalam pidatonya saat peringatan ulang tahun ke-10 Phoenix Petroleum di Makati City, Duterte mengakui perang melawan kelompok Maute di Marawi masih berlanjut karena musuh memiliki simpanan senjata yang banyak.
"Saya harap keadaan menjadi lebih baik. Saya perlu sekitar 15 hari lagi. Mereka memiliki senjata api, terutama granat. Anda ingin tahu yang sebenarnya? Karena saya menyatakan darurat militer. Dan sayalah yang memerintahkan Angkatan Bersenjata dan polisi untuk pergi ke sana dan berperang dan mati," kata Duterte, dikutip dari Manila Times.
Itulah alasannya dia ingin mengunjungi Marawi, tapi tidak bisa karena cuaca buruk.
"Di hari lain saya coba datang lagi, tapi Marawi selalu turun hujan. Saya mengelilingi Marawi, tapi tidak bisa mendarat," ujarnya.
Militer sebelumnya mengatakan intensitas pertempuran di Marawi telah berkurang dan hanya sekitar 80 sampai 100 pejuang Maute yang tersisa di kota.
Pada Selasa, juru bicara AFP (ANgkatan bersenjata Filipina) Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan empat orang yang ditahan oleh Biro Imigrasi karena diduga telah mendukung pengepungan di Marawi.
Salah satu dari mereka yang ditahan dimasukkan dalam Perintah Penangkapan No. 2 yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan Nasional. Padilla mengatakan Alnizar Palawan Maute sedang diselidiki oleh National Bureau of Investigation, sementara tiga lainnya juga bermarga Maute berada di Grup Investigasi dan Investigasi Kriminal Nasional Kepolisian Filipina.
"Mengenai partisipasi mereka yang sebenarnya saya belum tahu, namun menjadi bagian dari pemberontakan adalah sebuah kejahatan dan oleh karena itu, mereka ditangkap karena hal itu, jadi mereka mungkin pendukung masalah keuangan atau pihak lain yang memfasilitasi pemberontakan tersebut, " kata dia.