Kamis 13 Jul 2017 04:10 WIB

Unta Jadi Korban Krisis Diplomatik Qatar, Mati di Perbatasan

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nur Aini
Hewan Unta
Foto: EPA
Hewan Unta

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Ratusan unta milik petani Qatar mati kehausan sebagai dampak dari krisis diplomatik yang berkecamuk. Awal Juni 2017, Arab Saudi, Kuwait, Mesir, dan Uni Emirat Arab sepakat memutuskan hubungan dan memblokade Doha, Qatar, karena hubungan dekat dengan Iran dan diduga terkait dengan ekstremis.

Padahal, para pemilik unta asal Qatar sering membiarkan hewan ternak mereka merumput di negara tetangga lain yang lebih besar. Keputusan diplomatik terhadap Qatar menyebabkan ratusan unta digiring menyeberang kembali ke negaranya melintasi padang pasir.
 
Sebagian hewan rubuh dan mati sebelum mencapai perbatasan antara kedua negara karena hanya beberapa ratus unta yang diizinkan menyeberang setiap harinya. Unta yang menunggu giliran dimasukkan dalam kandang besar pada panas yang mencapai 50 derajat Celsius. 
 
Beberapa pemilik mengatakan unta digiring secara massal, dan tiap petani menghabiskan waktu selama Ramadhan silam untuk mengidentifikasi mereka. Hewan yang telah mati dibiarkan tergeletak begitu saja di pinggir jalan dan masih banyak yang berjibaku melakukan perjalanan pulang.
 
"Saya telah kembali dari Arab Saudi. Saya melihat sendiri ada lebih dari 100 unta mati di jalan, juga ratusan unta dan domba lain yang tersesat," kata seorang pemilik unta bernama Hussein Al-Marri dari daerah Abu Samra.
 
Di sisi perbatasan negaranya, Kementerian Lingkungan Hidup Qatar telah menyediakan tempat berlindung, air, dan makanan untuk lebih dari 8.000 ekor unta. Pejabat kementerian mengatakan bahwa dokter hewan dan tim medis telah dimobilisasi untuk membantu hewan-hewan tersebut bertahan hidup.
 
"Terlalu sering di seluruh dunia, hewan dan ternak menjadi korban terlupakan akibat konflik dan perselisihan politik. Ini adalah situasi yang telah kita lihat berkali-kali sebelumnya di Somalia, Mali, dan banyak lokasi lain," kata juru bicara badan amal hewan internasional SPANA, dilansir dari laman Independent.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement