Kamis 13 Jul 2017 07:29 WIB

PM Abe Janji Bantu Korban Banjir

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (ketiga dari kiri) memeriksa wilayah yang hancur karena banjir di Asakura, prefektur Fukuoka, Jepang, 12 Juli 2017.
Foto: Nozomi Endo/Kyodo News via AP
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (ketiga dari kiri) memeriksa wilayah yang hancur karena banjir di Asakura, prefektur Fukuoka, Jepang, 12 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Rabu (12/7) mengunjungi daerah hancur akibat banjir baru-baru ini dan berjanji pemerintah akan melakukan segalanya untuk membantu membangun kembali.

Hujan deras sejak sepekan lalu memicu longsor dan membuat sungai meluap di pulau barat daya, Kyushu, yang memaksa lebih dari 400 ribu orang mengungsi. Sebanyak 25 orang tewas dan 23 lagi masih hilang.

Abe, yang jumlah dukungannya terjun ke tingkat terendah sejak menjabat pada 2012, mempersingkat sehari lawatannya ke Eropa karena bencana itu. Ia mengunjungi daerah tersebut kurang dari 24 jam setelah pulang.

"Saya bisa berbicara dengan orang-orang di pusat evakuasi dan mendengar kekhawatiran dan masalah mereka. Pemerintah akan melakukan segala upaya untuk membangun kembali sehingga orang bisa melanjutkan hidup mereka dulu tanpa khawatir," kata Abe.

Sekitar 11 ribu tentara, polisi dan petugas pemadam kebakaran sedang menyisir lumpur dan tumpukan kayu di daerah pedesaan, mencari yang hilang.

"Kami akhirnya menemukan istri saya, dan menggelar pemakamannya kemarin," kata salah seorang pria kepada publik televisi NHK, "Tidak ada yang tersisa dari rumah ini."

Abe berlutut untuk berbicara dengan orang-orang yang selamat yang duduk di lantai pusat evakuasi dan dia juga memeriksa lokasi jembatan kereta api yang rusak. Seorang wanita mengatakan kepada media Abe telah menjabat tangannya dan bersimpati pada kesulitannya.

"Kami ingin dia bekerja keras untuk Jepang," katanya.

Sebelumnya, bagian dari prefektur Fukuoka di pulau barat daya, Kyushu, terguyur hujan dengan debit mencapai 774 milimeter dalam waktu sembilan jam pada Rabu. Jumlah tersebut mencapai sekitar 2,2 kali dari volume normal hujan pada Juli, kata televisi nasional NHK.

Sebanyak 7.500 petugas penyelamat, termasuk polisi, petugas pemadam kebakaran dan tentara dari Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF), dikerahkan untuk membantu pengungsian dan mencari yang hilang. Empat puluh helikopter disiagakan hingga cuaca membaik.

Prefektur Fukuoka dan Oita, yang sebagian besar merupakan daerah pedesaan, merupakan wilayah terdampak paling parah akibat hujan yang disebabkan oleh daerah tekanan rendah di Samudera Pasifik yang menghantarkan udara hangat dan lembab ke dalam hujan musiman Jepang.

Warga menghabiskan malam dengan kecemasan di pusat evakuasi yang didirikan di sekolah dan gedung pemerintah di dataran tinggi, di tengah laporan tentang tanah longsor dan jalan yang banjir. "Bukan hanya hujan, juga ada petir dan kilat. Saya tidak dapat melihat apa pun di depan saya," kata seorang wanita di sebuah pusat evakuasi kepada NHK.

"Saya belum mendengar kabar dari beberapa teman saya, dan saya benar-benar khawatir," kata seorang murid, yang mengungsi bersama keluarganya.

Tidak ada laporan mengenai masalah transportasi utama, namun rekaman gambar dari televisi menunjukkan jalur kereta api rusak dan terputus akibat banjir. Daerah yang sama juga dihantam hujan lebat pada awal pekan ini sebagai akibat dari Badai Tropis Nanmadol, yang telah berlalu ke laut.

Hujan di Jepang terjadi pada sistem badai, yang menyebabkan banjir parah di Chna selatan, yang menewaskan 56 orang serta menyebabkan kerugian hampir 4 miliar dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement