REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson telah melakukan pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari empat negara Teluk, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir sebagai upaya menyelesaikan konflik dengan Qatar, Rabu (12/7). Namun, pembahasan itu nampaknya belum mencapai solusi untuk menangani masalah utama.
Perundingan yang diadakan di Jeddah, Arab Saudi yang dilakukan Tillerson bersama menteri dari empat negara Teluk itu diyakini mengalami kebuntuan tanpa adanya pernyataan apapun setelah perundingan dilakukan.
Setelah pembicaraan, ia kemudian kembali ke Kuwait, di mana berperan sebagai mediatir dalam perselisihan terburuk dalam beberapa dasawarsa terakhir antar negara-negara Timur Tengah tersebut.
Sejak 5 Juni lalu, konflik antar negara-negara Teluk dimulai dengan keputusan Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Kemudian tiga negara lain, yaitu Yaman, Maladewa, dan Libya Timur mengikuti langkah serupa.
Qatar dituding telah mendukung kelompok teroris, termasuk Ikhwanul Muslimin. Negara itu disebut juga mendanai, merangkul terorisme, ektremisme, serta organisasi sektarian yang dianggap berbahaya untuk keamanan nasional masing-masing tersebut, serta seluruh wilayah di Timur Tengah.
Dengan keputusan pemutusan hubungan diplomatik, Arab Saudi saat ini telah menutup perbatasan antara negara itu dan Qatar. Jalur transportasi melalui darat, laut dan udara juga seluruhnya diblokade.
Qatar berulang kali membantah tudingan yang ditujukan terhadap mereka. Melalui Menteri Luar Negeri Syeikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bahkan negarat itu dikatakan tidak akan menyerah pada tekanan melalui blokade yang dilakukan.
Sebelumnya, tepatnya pada 22 Juni lalu, Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir mengeluarkan 13 tuntutan sebagai syarat mengakhiri blokade dan seluruh tindakan anti-Qatar. Permintaan yang diajukan oleh empat negara Teluk Arab di antaranya meliputi bahwa Qatar harus menutup stasiun televisi media Al Jazeera.
Kemudian, negara itu juga diminta menutup pangkalan militer Turki yang ada di wilayahnya, dan membuat jarak dalam berhubungan dengan Iran. Namun, Qatar mengatakan tidak dapat memenuhi seluruh tuntutan tersebut.