REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump datang ke Prancis pada Kamis (13/7). Dalam kunjungan kenegaraan selama satu hari tersebut, sambutan hangat dan megah telah dipersiapkan untuk dirinya.
Saat tiba di Ibu Kota Paris, Trump yang disambut oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan berkunjung ke makam Napaleon. Setelah itu, Trump akan menyantap makan malam di salah satu restoran mewah dan terbaik di lantai dua Menara Eiffel, ikon utama negara itu.
Setelah menikmati makan malam mewah di restoran yang dikenal dengan nama Jules Verne, Trump akan menyaksikan parade militer Bastille Day di Champs Elysees. Ini menjadi sambutan hangat yang dilakukan oleh Macron yang dinilai cukup mengejutkan.
Pria yang terpilih menjadi Presiden Prancis pada Mei lalu itu sebelumnya menunjukkan keengganan bekerja sama dengan Trump dan tidak menerima kritik setelah negara itu dilanda sejumlah serangan terorisme, khususnya sejak 2015. Ia juga mengecam Trump atas putusannya dalam membuat AS keluar dari Kesepakatan Paris mengenai iklim.
Namun, undangan kunjungan Trump ke Prancis kali ini disebut menjadi strategi Macron yang mengatmati peningkatan isolasi tentara AS. Ia nampaknya mulai merasakan dapat mencari peluang di tengah-tengah pergerakan tersebut.
Kemegahan dan kemewahan dalam sambutan terhadap Trump di Prancis juga dikatakan sebagai bagian dari sandiwara dan gaya diplomasi baru bagi Macron. Ini sekaligus ditujukan untuk menyoroti bagaimana nilai negara di Eropa Barat itu dapat terangkat, demikian di mata warganya serta internasional.
Sebelumnya, dua pemimpin negara juga akan mengadakan pembicaraan lebih dahulu di istana kepresidenan Prancis Elysee. Nantinya, percakapan yang dijadwalkan berlangsung selama lebih dari satu jam tersebut berfokus tentang operasi militer Suriah, Irak, dan Afrika Utara.
"Meski AS dan Prancis memiliki perbedaan, kami akan membicarakan sejumlah isu yang melibatkan kepentingan dua negara, termasuk upaya kontraterorisme, di mana kami berada di jalur yang sama, hingga yang berbeda seperti kesepakatan iklim," ujar seorang pejabat Elysee, dilansir The Guardian, Kamis (13/7).
Beberapa diplomat Prancis juga mengatakan Macron mungkin khawatir atas kecenderungan Trump dalam berbagai kepentingan bersama dua negara. Nampaknya, ia tengah melihat ini menjadi peluang potensial untuk mempengaruhi pemikiran AS dan dalam upaya meningkatkan peran Prancis.