REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson meninggalkan Qatar pada Kamis (13/7) sesudah melawat ke negara Arab Teluk untuk meredakan perselisihan terburuk di kawasan itu setelah bertahun-tahun.
Tapi, ia tidak memberi keterangan tentang kemajuan dalam mengatasi kemelut sebulan tersebut.
Tillerson menolak pertanyaan setelah bertemu emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani untuk membahas permusuhan Doha dengan empat negara Arab, yang memutuskan hubungan dengannya pada 5 Juni dengan tuduhan negara itu mendanai kelompok pengacau dan bersekutu dengan musuh besar mereka, Iran. Qatar membantah itu.
"Saya berharap bertemu dengan Anda lagi dalam keadaan lebih baik," kata saudara laki-laki emir itu, Sheikh Mohammad bin Hamad al Thani, yang mengantar Tillerson di bandar udara di Doha.
Pada Rabu, Tillerson meninggalkan kota laut Merah Saudi, Jeddah, setelah melakukan pembicaraan dengan menteri dari Arab Saudi, Bahrain, Keamiran Arab Bersatu dan Mesir, empat negara pemberi hukuman perjalanan dan niaga atas Qatar.
Ia sebelumnya menandatangani kesepakatan Amerika Serikat-Qatar tentang pembiayaan terorisme dalam upaya membantu meredakan kemelut itu, tapi lawan Qatar mengatakan itu tidak mengatasi kekhawatiran mereka.
"Tidak goyah pada 13 tuntutan itu", kata pokok berita surat kabar Al-Ittihad pada Kamis, mengacu pada daftar tuntutan negara Arab kepada Qatar.