REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (12/7) menegaskan tidak akan menyalahkan anaknya hanya karena bertemu dengan pengacara pemerintah Rusia pada masa kampanye pemilihan umum 2016.
Dia juga mengaku tidak mengetahui adanya pertemuan itu sampai beberapa hari yang lalu. "Saya tidak mengetahui pertemuan itu sampai beberapa hari yang lalu," kata Trump saat menjawab pertanyaan wartawan Reuters dalam wawancara di Gedung Putih.
Donald Trump Jr sepakat bertemu dengan wanita pengacara pemerintahan Rusia bernama Natalia Veselnitskaya pada Juni tahun lalu. Veselnitskaya saat itu mengaku akan memberi informasi yang yang bisa digunakan untuk mengalahkan calon presiden Partai Demokrat, Hilllary Clinton, sebagai bentuk dukungan Moskow terhadap ayah Trump Jr.
"Ini hanyalah pertemuan yang berlangsung selama 20 menit. Banyak politisi yang mengatakan akan melakukan hal yang sama," kata dia.
Surat-surat elektronik antara Trump Jr dengan Veselnitskaya adalah bukti paling konkrit bahwa tim kampanye Trump telah bersedia menerima bantuan Rusia untuk memenangi pemilu presiden. Kasus ini tengah ditangani oleh Kongres dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat.
Sebelumnya pada Selasa, Trump Jr dalam wawancara dengan Fox mengatakan bahwa dirinya mungkin tidak akan setuju untuk menggelar pertemuan itu.
Lalu dalam wawancara di Gedung Putih pada Rabu, Trump mengaku telah bertanya kepada Putin apakah negaranya terlibat dalam kasus yang disebut oleh intelejen Amerika Serikat sebagai campur tangan Rusia terhadap pemilu. Putin, menurut keterangan Trump, menjawab tidak.
Trump menjelaskan bahwa di menghabiskan 20-25 menit, dalam pertemuan dengan Putin yang berlangsung selama dua jam pada Jumat lalu di Jerman, mengenai persoalan ini.
"Saya bertanya, 'apakah kamu melakukannya?' Lalu dia menjawab, 'Tidak, tentu saja tidak.' Lalu saya bertanya lagi untuk kedua kalinya dengan cara yang berbeda. Dia tetap kukuh dengan jawaban semula," kata Trump.
Saat ditanya apakah Trump percaya dengan bantahan Putin, dia tidak langsung menjawab. "Sesuatu telah terjadi dan kita akan mengetahui hal sebenarnya, karena negara ini tidak akan membiarkan orang lain campur tangan dalam proses pemilihan umum," kata dia.
Meski sejumlah badan intelejen Amerika Serikat, bahkan beberapa anggota kabinet Trump, sudah mengakui keterlibatan Rusia dalam pemilihan umum, Trump berulangkali membantah tudingan itu.
Trump mengelak saat ditanya apakah dirinya bisa mempercayai omongan Putin. Dia mengatakan Putin, sebagaimana dirinya, sama-sama memperjuangkan kepentingan nasional masing-masing.
"Saya bukan pribadi yang gampang percaya pada banyak orang. Namun dia adalah pemimpin Rusia, negara kedua terkuat dalam hal persenjataan nuklir. Dan saya adalah pemimpin Amerika Serikat. Saya mencintai negara saya, demikian pula dia," kata Trump.