REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Seorang wanita di Desa Ngaibor, Kecamatan Aru Selatan, Kabupaten Kepulauan Aru dilaporkan meninggal dunia akibat terkena serpihan mortir peninggalan Perang Dunia II yang meledak. Diketahui, ibu rumah tangga tersebut menggunakan mortir yang sudah menjadi besi tua untuk membuat tungku sebagai tempat memasak.
"Biasanya warga menggunakan tiga buah batu untuk meletakkan panci atau kuali dan memasak, dan kebetulan korban menyangka bom mortir peninggalan PD II ini tidak lagi aktif sehingga dijadikan tungku," kata warga Kepulauan Aru bernama Frengki Garpanase.
Kabid Humas Polda Maluku, AKBP Richard Tatuh membenarkan adanya peristiwa ledakan bom mortir di Desa Ngaibor pada Kamis, (13/7) sekitar pagi hari.
"Laporan rinci mengenai kejadian itu dari Polres Kepulauan Aru masih diproses," kata Kabid Humas.
Sementara Kapolres Kepulauan Aru, AKBP Adolp Bormasa yang dihubungi secara terpisah mengakui belum bisa memberikan keterangan rinci termasuk jumlah korban jiwa yang tewas atau luka-luka, sebab masih berada di lokasi kejadian untuk mengumpulkan data.
"Anak buah masih berada di lapangan untuk mengecek kronologis kejadian, jadi untuk sementara belum ada penjelasan rinci," ujarnya singkat.
Desa Ngaibor dan beberapa desa lain di pesisir selatan Kepulauan Aru yang memiliki teluk Marfenfen yang sangat panjang dan strategis untuk wilayah pertanahan sehingga pernah dipakai bala tentara Jepang dalam PD II sebagia basis pertahanan.
Buktinya, di sekitar kawasan itu masih terdapat bekas lapangan terbang yang pernah dibangun tentara Jepang, ada markas militer, serta rongsokan mobil-mobil truk tua yang biasa dipakai mengangkut pasukan atau persenjataan dan perbekalan perang.