REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin organisasi Muslim Hungaria, Szultan Sulok, berkantor di masjid ini. Ruangannya penuh dengan buku, catatan, dan kertas yang tak tersusun rapi. "Kami baru saja pindah ke sini karena umat Muslim semakin meningkat," ujarnya.
Sulok memperkirakan ada sekitar 3.200 Muslim yang tinggal di Budapest. Hungaria sendiri merupakan negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Katolik Roma. Menilik dari sejarahnya, sebenarnya ada jejak Islam di sana, ketika Hungaria masuk dalam wilayah kekuasaan kekaisaran Ottoman yang berkuasa pada sekitar 1522. Sekitar 150 tahun setelah itu, wilayah ini berhasil direbut oleh kerajaan Austria. Era keemasan Islam di wilayah ini pun telah berakhir.
Dulu, Islam bahkan hampir tak punya suara di wilayah yang dijadikan negara komunis ini. Bahkan, wilayah ini masuk dalam pembantaian Muslim besar-besaran yang dilancarkan oleh Serbia. Lebih memprihatinkan lagi, pada 2011 Hungaria hanya mengakui 14 kelompok agama. Islam tidak termasuk dalam daftar ini dan umat Muslim harus mendaftar untuk mendapatkan pengakuan resmi di bawah hukum yang berlaku pada tahun tersebut.
Untunglah pada 27 Februari 2012, parlemen Hungaria mengubah undang-undang yang kontroversial itu. Organisasi keagamaan dimandatkan untuk memperluas daftar. Saat itulah Dewan Islam Hungaria mulai diakui secara resmi.
Perkembangan Islam di Hungaria terus berjalan positif. Bahkan pada 2013 ini, masyarakat Muslim Hungaria bisa dengan terbuka mengangkat ulama besar sebagai pemimpin agama mereka, yaitu Herzegovina dan Husein Kavazovi? Kedua ulama ini juga menjadi pemimpin Muslim di Bosnia.
Baru-baru ini, parlemen juga telah memberikan izin bagi umat Muslim untuk membangun Islamic center. Di dalamnya/ nanti juga akan dilengkapi dengan perpustakaan dengan sekitar 50 ribu buku.
Jejak peninggalan Islam di Budapest pun tinggal segelintir. Salah satunya adalah Makam Gul Baba, panglima perang dari Turki pada abad pertengahan yang gugur dalam pertempuran di Budim, bagian Budapest di sebelah barat.
Dulu, Budim yang awalnya hanya sebuah kota kecil berubah menjadi pusat kota yang sangat penting. Paling tidak, ada enam puluh masjid di sana yang dilengkapi dengan perpustakaan dan pemandian ala Turki. Beberapa di antaranya bertahan hingga sekarang dan dijadikan monumen.
Setelah peristiwa pengepungan Turki di Wina yang berlangsung pada 1683, butuh tiga tahun bagi tentara Austria untuk merebut kembali Budim. Penduduk Muslim yang mendiami tempat itu diusir atau disuruh berganti agama menjadi Katolik.
Hingga pada abad ke-19, Hungaria kembali banyak didatangi kaum Muslim, khususnya umat Muslim dari Bosnia yang menjalankan tugas kemiliterannya. Kaum Muslim ini akhirnya membuat sebuah komunitas di sana.
Umat Muslim yang masih punya hubungan dengan umat Muslim Bosnia ini tergabung dalam The Hungarian Islamic Community. Mereka juga punya masjid sebagai pusat ibadah, tapi tidak menggunakan kata "gereja" dalam nama masjid tersebut.
Ketua komunitas tersebut, Zoltan Bolek, memperlihatkan masjid tersebut. Berbeda dengan masjid gereja Islam, masjid di sini telihat sangat sederhana dan tua. Sepanjang lorong menuju ke ruang utama dipenuhi dengan foto-foto. Ketika tiba di ruang utama, disediakan ruangan khusus bagi imam pertama yang memimpin masjid ini, seorang perwira militer Bosnia.
Bolek merasa nyaman tinggal sebagai Muslim di Budapest. "Warga Hungaria adalah masyarakat yang toleran," ujarnya.