REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso mengakui bahwa keahlian yang dimiliki para penyelundup dan jaringan narkotika internasional dalam memanfaatkan teknologi telah mempersulit upaya Polri dan BNN dalam mengungkap kasus tersebut.
"Teknologi yang mereka miliki lebih hebat dari teknologi yang kami miliki," kata Komjen Budi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (14/7).
Buwas mencontohkan salah satu teknologi yang dimanfaatkan oleh para pelaku yang terlibat jaringan narkoba internasional ini adalah mereka mampu mengamankan pembicaraan dan transaksi di antara mereka.
Bahkan kata Budi, jaringan narkoba tersebut bisa mengetahui bila komunikasi mereka sedang disadap oleh petugas. "Mereka bisa tahu kalau kami sadap, kami buntuti," ungkapnya.
Untuk memberantas puluhan jaringan narkoba yang saat ini diperkirakan masih beroperasi di Indonesia, pihaknya mengajak seluruh instansi yang terkait untuk meningkatkan kerja sama.
"Harus dibangun sinergitas yang kuat. Komitmen bersama dalam memberantas narkoba," tuturnya.
Kemudian pihaknya juga meminta modernisasi perangkat teknologi yang dimiliki Polri, BNN dan Bea Cukai. "Faktanya, kekuatan mereka kekuatan besar, kedepan harus kita bangun kekuatan yang kuat untuk menangkal itu," paparnya.
Pihaknya memperkirakan sedikitnya ada 72 jaringan narkoba internasional yang beroperasi di Indonesia. Meski sudah mengetahui hal tersebut, pihaknya mengaku masih belum bisa mengambil tindakan terhadap para terduga pelaku yang terlibat jaringan tersebut karena belum memiliki alat bukti yang cukup untuk membuktikan adanya tindak pidana yang dilakukan oleh puluhan jaringan itu.