Sabtu 15 Jul 2017 10:59 WIB

Pentagon Klaim Bunuh Pemimpin ISIS Afghanistan

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Agus Yulianto
Pesawat drone Boeing Phantom Eye milik militer Amerika Serikat (Ilustrasi)
Foto: AP Photo
Pesawat drone Boeing Phantom Eye milik militer Amerika Serikat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pentagon mengklaim pemimpin ISIS cabang Afghanistan Abu Sayed tewas oleh serangan pesawat tak berawak atau drone milik Amerika Serikat (AS) pekan ini. Serangan itu dilakukan pada Selasa waktu setempat yang menargetkan markas militan di Provinsi Kunar, Afghanistan.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Jumat (15/7), seperti dikutip New York Times, Pentagon juga mengklaim bahwa anggota kelompok lainnya juga tewas dalam operasi tersebut. “Serangan tersebut akan secara signifikan mengganggu rencana kelompok teror tersebut untuk memperluas kehadirannya di Afghanistan,” kata pernyataan tersebut.

Bagaimana pun ISIS telah membuktikan ketahanannya dengan mengganti pemimpinnya segera setelah mereka dibunuh. Seperti Sayed yang terpilih untuk memimpin kelompok tersebut di Afghanistan setelah pendahulunya Abdul Hasib tewas pada bulan April dalam sebuah serangan dari pasukan khusus di Provinsi Nangarhar, di mana kelompok militan itu telah aktif. Dua tentara AS juga tewas dalam operasi pada April tersebut, yang menurut Pentagon adalah tembakan persahabatan.

Di Afghanistan, kelompok militan itu menjalankan Negara Islam di Khorasan, sebuah nama kuno untuk wilayah yang mencakup wilayah Afghanistan dan Pakistan. Mereka berusaha untuk memperluas cakupan operasinya di Afghanistan. Namun, lokasi serangan terakhir di Provinsi Kunar menunjukkan, bahwa kelompok tersebut mungkin akan jatuh kembali dari bentengnya yang berdekatan dengan Nangarhar.

Pemerintah Trump sedang melakukan peninjauan untuk menentukan strategi yang lebih luas untuk menghadapi konflik yang telah berlangsung hampir 16 tahun itu di Afghanistan. Menteri Pertahanan Jim Mattis yang telah mengumumkan kepada anggota parlemen bahwa dia memperkirakan peninjauan akan selesai pada pertengahan Juli. “Kami tidak akan memenuhi beberapa waktu jika kami belum siap. Tapi kami hampir selesai,” ujarnya.

Untuk sementara, Gedung Putih telah memberi kuasa kepada Mattis untuk mengirim hampir 4.000 tentara ke Afghanistan. Meskipun tampaknya tidak ada yang dikerahkan sejauh ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement