Sabtu 15 Jul 2017 17:53 WIB

Khofifah: Sembilan Persen Pelajar Indonesia Sudah Antipancasila

Khofifah Indar Parawansa
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, SRABAYA -- Ketua Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah Surabaya Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, saat ini, sembilan persen pelajar yang ada di Indonesia sudah anti-Pancasila. Akibatnya, tantangan saat ini tidak tambah ringan.

"Saat mengunjungi polisi yang shalat Isya di Masjid Falatehan, saya ketemu dua polisi yang jadi korban. Kamu toghut kok shalat di masjid, saya anti-Pancasila, tapi kamu toghut. Perspektif keumatan yang harus diluruskan karena shalat kok dikafirkan," kata Menteri Sosial itu dalam acara silaturahim dan halalbihalal Yayasan Khadijah di Surabaya, Sabtu (15/7).

Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu mengatakan, Khadijah merupakan sekolah yang dicitakan menjadi pesantren kota untuk proses "tafaqquh fid din" (penegakan agama). Apalagi, sembilan persen pelajar sudah anti-Pancasila.

"Ini PR kita. Saya ketemu yang dideportasi dari Turki, yang anak-anak dan ibu-ibu dikirim Densus ke Kemensos. PR kita adalah tidak mudah kafirkan. Kita bersyukur ada NU yang ajarkan tawassuth, tawazun, iktidal, dan mabadi khoiro ummah. Itu PR agar orang tidak mudah berguru kepada 'gadget' yang tidak jelas sanad atau perawi. Karena kalau soal agama bisa berbahaya," tuturnya.

Sebagai ketua yayasan, Khofifah memberikan penguatan kepada para guru, memastikan para guru, entah itu kimia, biologi atau fisika harus membangun sinergitas di antara program-program yang punya penguatan keagamaan dengan program yang terkait dengan bidang studi. Untuk itu, guru yang mengajar gravitasi, juga mengajarkan proses gravitasi itu dari Tuhan.

Dirinya menegaskan, saat ini, penguatan agama di Khadijah sudah berjalan jadi tidak perlu lagi mendiskusikan soal "Full Day School".

Habib Abdurrahman Al-Attas dalam ceramah halalbihalal menyampaikan, nabi sudah menggambarkan orang yang tahu agama tapi mudah kafirkan karena belajar agama tanpa guru. "Nabi Muhammad bangun yang pertama adalah masjid, bukan rumah. Artinya, ilmu agama itu penting," kata dia.

Dia mewanti-wanti untuk waspada dengan ilmu agama yang berasal dari gawai karena rujukan ilmiahnya tidak jelas, karena itu pendidikan agama merupakan hal yang penting. "Yang juga penting doakan umat untuk kawal akhlak umat agar mereka belajar Alquran tapi isi Alquran bisa masuk ke hatinya sehingga tidak hanya paham Alquran, tapi tetap mudah mengkafirkan," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement