REPUBLIKA.CO.ID, -- Sepuluh tahun silam, aliran listrik yang menghidupi warga di Dusun Tangsi Jaya, Desa Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, hanya bermodalkan putaran kincir angin yang dibuat swadaya oleh warga. Asupan listriknya pun sangat terbatas.
Kini, suasana yang berbeda telah menghiasi kehidupan sekitar 300 jiwa yang berasal dari 85 kepala keluarga. Aliran listrik sudah menjamah warga setiap saat. Sumbernya berasal dari hadirnya teknologi mikro hidro yang dikembangkan lewat Program Desa Mandiri Energi dan Ekonomi (E3I) Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta. Teknologi mikro hidro yang memanfaatkan aliran sungai Ciputri itu bisa menghasilkan listrik berdaya 18 kilowatt.
Dari total daya yang dihasilkan, listrik dari mikro hidro ini bisa menyuplai kebutuhan listrik per rumah tangga dengan daya antara 450-900 watt. Jika masyarakat ibu kota mulai menjerit dengan melambungnya harga listrik, maka hal yang berbeda terjadi di Dusun Gununghalu ini.
Slamet Rahedi Soegeng, salah satu peneliti dari Unsada menjelaskan, iuran kepada setiap kepala keluarga ini menyesuaikan kemampuan warga setempat. Ia menyebut untuk listrik berdaya 450 watt hanya dibebankan iuran sebesar Rp 25 ribu. Sementara, dengan iuran Rp 35 ribu bisa mendapatkan suplai listrik hingga 900 watt.
"Saat ini kebutuhan listrik warga hanya 450 watt saja. Uang iuran yang mereka keluarkan itu pada dasarnya untuk biaya perawatan turbin dari mikro hidro," kata Rahedi saat berbincang kepada Republika.co.id di lokasi, Kamis (13/7).
Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Darma Persada, Kamaruddin Abdullah, menjelaskan teknologi mikro hidro ini dikembangkan secara ramah lingkungan.
"Dalam pembangunannya kami tetap memperhatikan keberadaan lingkungan sekitar. Tak ada pohon yang ditebang. Kami hanya memanfaatkan potensi alam yang ada di lokasi Gununghalu ini," tegasnya.
Selain mengembangkan teknologi mikro hidro, Kamaruddin mengatakan, saat ini pihaknya mengembangkan juga potensi ekonomi yang berasal dari biji kopi. Dengan menggandeng pihak koperasi dan swasta, pihaknya membangun pusat pengolahan kopi. Biji kopi dari Gununghalu ini tergolong jenis Arabica grade A.
"Pengolahan kopi ini memanfaatkan energi listrik dari mikrohidro yang sudah lebih dulu dikembangkan. Kami sangat berharap dengan adanya pengolahan kopi ini bisa memberikan nilai tambah ekonomi warga setempat," kata dia.
Undang, ketua RT 1 Dusun 4, mengaku sangat senang dengan hadirnya program yang dikembangkan oleh Unsada. Ia mengaku pada masa lalu warga di sekitar Dusun Tangsi Jaya masih kekurangan listrik.
"Dulu listrik di sini cuma dari kincir kayu. Alhamdulillah sudah beberapa tahun ini sudah ada orang dari Jakarta yang membuat mesin dari sungai Ciputri untuk listrik di sini. Terima kasih, kami sangat terbantu," ujarnya.
Sementara itu, Rektor Unsada Dadang Solihin mengatakan program ini menjadi salah satu wujud pengabdian civitas akademika kepada masyakarat. Selain dua program yang sudah berjalan, ia juga memikirkan untuk mengembangkan potensi alam yang ada di sekitar Gununghalu ini.
"Potensi alam yang ada di sini sangat berlimpah. Tentunya kita perlu kembangkan riset untuk bisa memaksimalkan potensi alam ini menjadi potensi yang memberikan perbaikan ekonomi buat warga di Gununghalu," katanya.
m akbar